Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh Hamas melewati 'garis merah' dengan serangan roket di Yerusalem, sekitar 100 kilometer utara Gaza, dan menjanjikan tanggapan yang sangat tegas.
Baca Juga: Taliban Diduga Bantai lagi 16 Warga Afghanistan: Masyaallah! Pura-pura 'Bingung'
"Siapapun yang menyerang kami, akan membayar mahal," katanya, memperingatkan bahwa pertempuran bisa 'berlanjut untuk beberapa waktu'.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengutuk insiden berdarah itu, sekaligus meminta supaya semua pihak menahan diri untuk menenangkan situasi.
“Secara lebih luas, kami sangat prihatin tentang situasi di Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza, termasuk konfrontasi dan kekerasan di Yerusalem,” katanya.
Seorang pejabat diplomatik menyatakan, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) , Mesir dan Qatar, yang sering menjadi penengah antara Israel dan Hamas, semuanya berusaha menghentikan pertempuran.
Dia berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang untuk membahas masalah tersebut dengan media.
Letkol Jonathan Conricus, juru bicara militer Militer Israel mengatakan, lebih 50 roket ditembakkan ke Israel sepanjang malam, yang sebagian besar ditujukan ke kota-kota Israel selatan, dekat perbatasan.
Enam roket diklaim ditujukan ke Yerusalem dalam apa yang diyakininya sebagai serangan roket pertama di kota itu sejak perang 2014.
Baca Juga: Bom Mobil Kabul, Hazara Persenjatai Diri : Sudah Cukup Kami Diserang!