KALBAR TERKINI - Setelah hampir dua bulan hanya berani berhadapan bahkan membantai rakyatnya sendiri, junta militer Myanmar akhirnya gemetaran. Pasukan-pasukan etnis, yang selama ini berusaha dirangkul, kini berbalik gagang: menyerang berbagai fasilitas militernya.
'Turun gunungnya' tentara-tentara etnis di Myanmar untuk membela sesama rakyat yang terus dibunuh oleh aparat membuat pihak pemerintah junta, yang selama ini 'sibuk berlatih membunuh rakyatnya sendiri', kini mulai keder.
Gempuran yang dilakukan oleh pasukan-pasukan etnis di Myanmar, seperti Tentara Pembebasan Rakyat Karen (KNLA) atau Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), telah menimbulkan korban yang tidak sedikit di kalangan militer junta.
Baca Juga: Teroris Perempuan Serang Mabes Polri, Perhatikan Detik-Detik Penyerangan Berikut
Baca Juga: IPW: Serangan Teroris ke Mabes Polri Terkait Dendam Tewasnya Anggota FPI di Tol Cikampek!
Baca Juga: Mengenal Birute Galdikas, 50 Tahun Mengurusi Orangutan Kalimantan
Perang terus terjadi menyusul murkanya tentara-tentara etnis atas nasib sesama rakyat Myanmar yang terus melakukan pembunuhan sejak terjadinya kudeta atas kepemimpinan Aung San Suu Kyii pada 1 Februari 2021.
Itu sebabnya para pemimpin pasukan etnis menyatakan, mereka berada di depan rakyat, akibat kekejaman pihak junta militer yang sesuka hati membantai rakyatnya sendiri.
Solidaritas seama anak bangsa yang prihatin atas nasib rakyat ini, diprediksi akan menjadi momentum bersatunya pasukan etnis-etnis tersebut. Dengan demikian, jika dunia internasional menyebut akan terjadi perang saudara di Myanmar, maka setidaknya perang saudara akan terjadi antara rakyat melawan pihak junta: sesama saudara yang setelah menjadi aparat keamanan, tega membunuh lebih 500 warganya sendiri, sebagian besar adalah pengujuk rasa anti-junta.