KALBAR TERKINI - Tentara dan polisi di Myanmar ditengarai kuat dicecoki narkoba sehingga menjadi brutal. Terbukti, sudah 510 orang yang dibunuh hingga Selasa, 30 Maret 2021. Bahkan, laras senjata kerap masih didekatkan ke kepala korban yang sudah tewas, dan ditembak berkali-kali.
Tak sedikit pula korban yang setelah tewas atau sekarat karena ditembak, masih disayat tubuhbnya menggunakan pisau. Menurut Pihak Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, jumlah ini sudah termasuk empat orang yang tewas pada Selasa ini.
Myanmar Now menulis, jumlah ini belum termasuk jenazah sejumlah bayi, anak-anak, dan remaja, yang dihancurkan untuk menutupi fakta bahwa para korban termasuk kalangan ini. Juga orang-orang hilang yang diduga telah mati.
Dugaan penggunaan narkoba di kalangan aparat selama terjadinya unjuk rasa paska kudeta 1 Februari 2021, dikaitkan dengan fakta tentang mudahnya memperoleh semua jenis narkoba di Myanmar. Apalagi, Myanmar tercatat sebagai satu dari tiga negara Segitiga Emas Penghasil Narkoba.
Baca Juga: Dibunuh seperti Binatang, Malam Ini Sembilan Tewas: Total 459!
Baca Juga: Hapus Bukti, Junta Hancurkan Mayat Anak-anak
Baca Juga: Tentara Main 'Dor', Pasien Ketakutan: Nyaris Mati karena 'Stroke'
Dikutip Kalbal-Terkini.com dari Jurnal Relasi Internasional Universitas Diponegoro, Semarang, perdagangan obat terlarang di Asia Tenggara, berpusat di kawasan Segitiga Emas. Disebut Segitiga Emas karena wilayahnya berbentuk segitiga, yang terdiri dari Laos, Myanmar dan Thailand.
Kawasan tersebut merupakan wilayah pegunungan seluas 950 kilometer persegi dan digunakan untuk menanam opium. Segitiga Emas merupakan kawasan terbesar kedua di dunia setelah Afghanistan (Golden Crescent) untuk penghasil opium.