Polisi di beberapa kota besar mengalami peningkatan tajam dalam penanganan kasus kejahatan rasial yang ditargetkan untuk warga keturunan Asia pada 2019 dan 2020, menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Studi Kebencian & Ekstremisme di California State University, San Bernardino.
Kota New York berubah dari tiga insiden menjadi 27, Los Angeles dari tujuh menjadi 15, dan Denver memiliki tiga insiden pada 2020, yang pertama dilaporkan di sana dalam enam tahun.
Rasisme terhadap orang Amerika keturunan Asia telah lama menjadi benang merah sejarah AS dan diabadikan dalam UU Pengecualian China pada 1882, yang dirancang untuk mencegah pekerja China-Amerika memasuki AS sebagai akibat dari xenofobia yang meluas.
Orang Asia-Amerika juga telah lama digunakan sebagai kambing hitam medis di AS, dan secara keliru disalahkan atas masalah kesehatan masyarakat, termasuk wabah cacar di San Francisco pada 1870-an.
Hubungan rasis antara orang Asia-Amerika, penyakit dan kenajisan, juga telah mempengaruhi pandangan tentang makanan Asia, dan berkontribusi pada kiasan sebagai 'orang asing abadi',yang menunjukkan bahwa orang Asia pada dasarnya adalah orang luar.
Islam Fobia & Penahanan Orang Jepang
Sikap rasis ini memicu kecurigaan orang Jepang-Amerika selama Perang Dunia II, ketika banyak yang dikirim ke kamp penahanan, semata-mata karena etnis mereka, serta Islamofobia, dan prasangka terhadap Muslim dan Amerika Asia Selatan, setelah serangan teroris 9/11.
Pada 1982, 100 tahun setelah Chinese Exclusion Act, seorang keturunan Tionghoa Amerika berusia 27 tahun, Vincent Chin, meninggal setelah diserang di Detroit karena rasnya. Pada saat itu, industri otomotif Jepang yang sedang berkembang, menyebabkan hilangnya banyak pekerjaan di sektor otomotif kota itu.
Pembunuhnya, dua pekerja mobil, mengira dia orang Jepang, dan menggunakan penghinaan rasial saat mereka memukulinya di luar klub tempatnya merayakan pesta bujangannya. Kematiannya menyebabkan protes dari Asia-Amerika secara nasional.
Presiden Joe Biden telah menandatangani perintah eksekutif pada Januari 2021, yang mengutuk xenofobia anti-Asia, sebagai tanggapan terhadap pandemi Covid-19. Arahan tersebut, mengakui peran retorika dari para politisi.