Menjelang Pilpres Chad pada April mendatang, Dillo adalah satu dari 16 capres yang telah mengumumkan akan bertarung melawan Deby. Berkuasa sejak 1990, Deby mendorong konstitusi baru pada 2018 yang menetapkan kembali batas masa jabatan, tetapi membiarkannya tetap berkuasa hingga 2033. Akibatnya, ratusan orang turun ke jalan pada awal Februari 2021 untuk memprotes pencalonannya dalam pilpes.
Deby menghadapi serangkaian pemogokan dan protes dalam beberapa tahun terakhir akibat kesengsaraan rakyat menyusul terpuruknya perekonomian Chad lantaran rendahnya harga minyak dan pemberontakan bersenjata di utara.
Selama itu pula Deby menggunakan kendali secara efektif atas media dan institusi pemerintah untuk mempertahankan dominasi politiknya.
Dari catatan Kalbar-Terkini.com, Chad adalah sekutu utama negara-negara Barat dalam perang melawan militan Islam di Afrika Barat dan Tengah. Berbatasan dengan Libya di sebelah utara, Republik Afrika Tengah di selatan, Nigeria di barat, Sudan di timur, dan Kamerun di barat daya, Chad merupakan negara beriklim gurun dan dijuluki sebagai 'jantung mati' Benua Afrika.
Bekas jajahan terbesar Prancis ini termasuk negara miskin. Lebih dari 75 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Pada dekade 2000-an, kondisinya membaik karena pendapatan per kapitanya melebihi 1.000 dolar AS.***
Sumber: Today Ng