BEIJING, KALBAR TERKINI - Drone atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) berukuran kecil sudah tak kondusif lagi bagi pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk memantau keamanan dari udara di atas tapal batas India. UAV berukuran lebih besar dan bersayap bakal lebih optimal karena tahan cuaca, kekuatan baterainya puluhan jam, dan dapat mengangkut logistik ke pos-pos terdepan.
Hal ini ditegaskan dalam wawancara khusus Global Times dengan Hou Yun, komandan resimen pertahanan perbatasan yang berafiliasi dengan PLA dari Komando Militer Tibet dan juga Wakil Kongres Rakyat Nasional China.
Dilansir pada Minggu, 28 Februari 2021, Yun menyatakan, UAV berukuran kecil memiliki daya tahan baterai yang pendek, ketergantungan yang tinggi pada kondisi cuaca, dan kapasitas muatan yang tidak mencukupi.
Baca Juga: Luncurkan Satelit Arktika-M, Rusia Pantau Komunikasi Dunia dari Luar Angkasa?
Menurut koran Pemerintah Tiongkok ini sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com, Hou menyatakan, PLA seharusnya menggunakan drone yang lebih canggih dan lebih besar, yang tersimpan di gudang-gudang persenjataan militernya.
Belajar dari pengalamannya selama 22 tahun bertugas di tapal batas yang berada di wilayah dataran tinggi, Hou yakin bahwa penempatan peralatan pintar berukuran besar, dapat mencakup seluruh garis depan pertahanan perbatasan, dan setiap saat melakukan pemantauan.
Drone semacam ini akan menyelesaikan tiga masalah utama: bisa melihat di mana orang tidak bisa melihat, mendengar di mana orang tidak bisa mendengar, dan pergi ke mana orang tidak bisa pergi.
Baca Juga: Ini Rahasia Tjhai Chui Mie Jadikan Singkawang Kota Tertoleran di Indonesia
Hou baru-baru ini memimpin patroli ke sebuah lembah di ketinggian empat ribu meter. Rutenya lebih 80 kilometer. Pasukannya ketika itu melewati berbagai medan berat, termasuk hutan, gletser, dan pegunungan bersalju.