Menurut Peskov, pihaknya belum tahu persis tentang maksud dari sanksi yang ditulis Bloomberg. "Meskipun demikian, kami berharap akal sehat akan berlaku di antara mitra dialog kami," tegasnya.
Peskov menambahkan, pihaknya juga tidak akan melangkah lebih jauh agar 'tidak masuk ke jalur sanksi'. "Walaupun ini (sanksi)sebenarnya telah berulang kali terjadi, dan terbukti tidak efektif, " tegas Sekretaris Kepresidenan Rusia ini.
Tembus Jantung Eropa
Proyek Nord Stream, yang sebelumnya bernama Transgas Utara dan Pipa Gas Eropa Utara, merupakan sistem pipa gas alam lepas pantai di bawah Laut Baltik, dari Rusia ke Jerman. Ini mencakup dua jaringan pipa aktif dari Vyborg ke Lubmin, dekat Greifswald.
Baca Juga: Konvoi Militernya jadi Bulan-bulanan Bom, Diduga Supaya Amerika Cepat-cepat 'Cabut' dari Irak
Dua pipa lagi yang sedang dibangun dari Ust-Luga ke Lubmin, disebut Nord Stream II. Di Lubmin, jalur pipa ini terhubung ke jalur OPAL ke Olbernhau di Cheko perbatasan, serta ke jalur NEL ke Rehden, dekat Bremen, Jerman.
Proyek Nord Stream I sebagaimana dilansir Kalbarterkinicom dari Wikipedia, dimiliki dan dioperasikan oleh Nord Stream AG, yang pemegang saham mayoritasnya adalah perusahaan negara Rusia, Gazprom. Sedangkan Nord Stream II dimiliki sekaligus akan dioperasikan oleh Nord Stream II AG, yang juga merupakan anak perusahaan Gazprom.
Proyek Nord Stream I dimulai pada Mei 2011 dan diresmikan pada 8 November 2011. Jalur kedua Nord Stream atau Nord Stream II dibangun pada 2011-2012 yang diresmikan pada 8 Oktober 2012. Dengan panjang 1.222 kilometer, Nord Stream adalah pipa bawah laut terpanjang di dunia, melebihi proyek pipa Langeled.
Pengerjaan Nord Stream II berlangsung pada 2018-2019, sebelum dijatuhkannya sanksi AS yang akhirnya menghentikan pekerjaan tersebut tapi kemudian berlanjut dan hampir selesai pada awal 2021 ini.
Baca Juga: Lolos dari Penculik, Puteri Dubai Muncul Tiga Tahun kemudian!