65 Wartawan Terbunuh, PBB Desak Taliban Taati HAM dan Hukum Humaniter

- 17 Februari 2021, 02:07 WIB
WARTAWAN PERANG - Pihak UNAMA mendesak kelompok-kelompok sipil bersenjata supaya menghargai tugas wartawan yang meliput peperangan dan bukan membungkam tugas mereka lewat pembunuhan./PIXABAY/
WARTAWAN PERANG - Pihak UNAMA mendesak kelompok-kelompok sipil bersenjata supaya menghargai tugas wartawan yang meliput peperangan dan bukan membungkam tugas mereka lewat pembunuhan./PIXABAY/ /

KABUL, KALBAR TERKINI - Enam puluh lima wartawan dan pembela hak asasi manusia (HAM) terbunuh di Afghanistan pada 1 Januari 2018- 31 Januari 2021. Sebanyak 11 orang di antaranya tewas sejak dimulainya negosiasi damai pada September 2020.

Demikian pernyataan resmi pihak Misi Bantuan Perserikatan Bangsa-bangsa di Afganistan (United Nations Assistance Mission in Afghanistan/UNAMA) lewat pernyataan resminya di Kabul, Afghanistan, Senin, 15 Februari 2021, sebagaimana dilansir Kalbarterkini.com dari laman Associated Press of Pakistan (APP) yang melaporkan dari Kabul.

Baca Juga: Digali, Makam Remaja Perempuan yang Dibunuh Sesama Personel Tentara Komunis

UNAMA adalah salah satu misi politik PBB yang didirikan atas permintaan Pemerintah Afghanistan  untuk membantu rakyatnya  dalam menghimpun perdamaian dan pengembangan di negaranya. Didirikan pada 28 Maret 2002 oleh Dewan Keamanan PBB, UNAMA berdiri berdasarkan mandat Perjanjian Bonn, Jerman, Desember 2001.  

Menurut pihak UNAMA, tingginya tren kematian ini terasa semakin mengerikan menyusul tidak adanya pihak yang mengklaim bertanggung jawab. "Akibatnya, timbul iklim ketakutan di masyarakat," kata misi tersebut ketika mengumumkan temuan dari laporan terbarunya. 

“Pembunuhan ini memiliki dampak yang lebih luas di seluruh masyarakat, dan  juga berkurangnya harapan seputar upaya menuju perdamaian,” tambah UNAMA.

Baca Juga: Dendam Masa Lalu, Banyak Orang Indonesia Ikut Milisi Radikal Filipina

Laporan khusus UNAMA berjudul Pembunuhan Pembela HAM dan Profesional Media tersebut, disertai catatan tentang terjadinya pola perubahan serangan.

Serangan gelombang terbaru, yakni penargetan individu yang direncanakan dan disengaja dengan melibatkan pelaku pembunuhan yang tidak diketahui identitasnya. 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x