Digali, Makam Remaja Perempuan yang Dibunuh Sesama Personel Tentara Komunis

- 16 Februari 2021, 20:18 WIB
DIBUNUH TEMAN - Hope Capangpangan bergabung dengan New Peoples Army ketika masih berusia 16 tahun pada 2016. Dua tahun kemudian, Hope dibunuh rekan-rekannya sendiri karena dicurigai sebagai informan pemerintah./4ID/PNA/
DIBUNUH TEMAN - Hope Capangpangan bergabung dengan New Peoples Army ketika masih berusia 16 tahun pada 2016. Dua tahun kemudian, Hope dibunuh rekan-rekannya sendiri karena dicurigai sebagai informan pemerintah./4ID/PNA/ /

CAGAYAN DE ORO CITY -  Brigade 103 Angkatan Darat (103Bde) Filipina menggali makam seorang remaja perempuan berusia 18 tahun yang dua tahun silam dibunuh rekan-rekannya sendiri dari jajaran Tentara Rakyat Baru (New People Army/NPA). Makam tersebut berada di kawasan hutan di Provinsi Misamis, Filipina bagian tengah.

Dilansir Kalbarterkini.com dari Philippine News Agency (PNA), Senin, 15 Februari 2021, Hope Capangpangan dibunuh setelah dicurigai sebagai mata-mata militer Filipina.  Media yang dikelola langsung oleh Kantor Kepresidenan Filipina ini melansir pula pernyataan Jenderal Jose Maria Cuerpo, Komandan 103Bde di Kota Marawi. 

Baca Juga: Dendam Masa Lalu, Banyak Orang Indonesia Ikut Milisi Radikal Filipina

Menurut Cuerpo,  penggalian tersebut sudah dilakukan pada Selasa ini, 16 Februari 2021. Makam ini tersembunyi di pedalaman  kawasan Lanao del Sur. Penggalian tersebut melibatkan seorang saksi mata pembunuhan. Saksi mata itu datang setelah direkomendasi oleh Badan Koordinasi Intelijen Nasional Wilayah 10 (NICA-10).  

Pejabat militer dari 103Bde ini masih merahasiakan lokasi makam tersebut. Hanya disebutkan, makam berada di wilayah yurisdiksi 103Bde. Pasukan dari Batalyon Infanteri ke-5 Angkatan Darat yang ditugaskan melakukan penggalian, harus mendaki, dan setidaknya berjalan kaki selama 12 jam untuk mencapai lokasi makam. 

Menurut informasi 103Bde, seorang mantan pemberontak telah memberi tahu bahwa sebelum dieksekusi, Hope disiksa untuk mengakui tuduhan sebagai mata-mata. Dalam video yang dirilis pihak militer Filipina pada Sabtu, 13 Februari 2021, ayah korban yang bernama Ricky Capangpangan, mengakui bahwa putrinya direkrut oleh NPA pada 2016, ketika masih berusia 16 tahun. 

Baca Juga: Dendam Masa Lalu, Banyak Orang Indonesia Ikut Milisi Radikal Filipina

Ricky mengaku bahwa dia berhasil berbicara lewat telpon dengan putrinya pada 2018, tak lama sebelum pembunuhan. "Dia bertanya bagaimana keadaan saya. (Saya katakan padanya) Saya ingin dia beristirahat dan menyelesaikan studinya. Dia bilang, dia ingin pulang, tapi tidak mudah untuk keluar dari NPA," kata Ricky berbahasa Tagalog, bahasa nasional Filipina. 

Ricky adalah mantan pemberontak yang menyerah kepada pemerintah pada 2018. NPA sendiri terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Filipina.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x