Barak Rawan Kejahatan, Bangladesh Relokasi Pengungsi Rohingnya ke Pulau Terpencil

- 14 Februari 2021, 22:04 WIB
RELOKASI -  Pemerintah Bangladesh selama dua hari mulai Senin ini menjadwalkan pemindahan ribuan pengungsi Muslim Rohingnya dari kamp yang padat ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala./AMNESTI INTERNASIONAL/
RELOKASI - Pemerintah Bangladesh selama dua hari mulai Senin ini menjadwalkan pemindahan ribuan pengungsi Muslim Rohingnya dari kamp yang padat ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala./AMNESTI INTERNASIONAL/ /

DHAKA, KALBAR TERKINI -  Rencana Pemerintah Bangladesh memindahkan 3.000-4.000 pengungsi Muslim Rohingnya ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala diwarnai keluhan dari sejumlah pengungsi.

Mereka menuding pemerintah negara penampung ini melakukannya secara paksa.

Pemindahan ini dijadwalkan dilakukan selama dua hari dimulai sejak Senin, 15 Februari 2021. Dilansir Kalbarterkini.com dari Reuters, Minggu, 14 Februari 2021, dua pejabat menyatakan,relokasi tersebut akan tetap dilakukan walaupun badai dan banjir diprediksi bakal melanda Bhasan Char.

Baca Juga: Partai Terlarang Eksekusi Tentara, Menhan Turki: Ditembak di Kepala dan Bahu

Dhaka sejak Desember 2020 sudah merelokasi sekitar 7.000 pengungsi ke Pulau Bhasan Char dari kamp-kamp perbatasan di negara tetangga Myanmar yang mayoritas beragama Buddha.

Lebih dari satu juta pengungsi tinggal di gubuk bobrok yang bertengger di lereng bukit yang hancur di kawasan tersebut.

"Para pengungsi Rohingya akan dipindahkan ke Bhasan Char dengan kapal pada hari Senin dan Selasa," kata Komodor Angkatan Laut Bnagladesh, Rashed Sattar. 

Baca Juga: Aktivis Cantik Ditangkap, Dituduh Provokasi Petani India

Pemerintah Bangladesh menyatakan, relokasi tersebut bersifat sukarela walaupun masih ada saja beberapa pengungsi dari kelompok pertama yang dipindahkan, menyatakan bahwa relokasi itu dipaksakan. 

Pemerintah telah menepis pula kekhawatiran keamanan di pulau itu dengan alasan sudah dibangun tanggul banjir serta dan untuk 100 ribu orang, rumah sakit, dan pusat pemantau topan.

Pemindahan ini juga harus dilakukan menyusul kerap terpicunya kejahatan di kamp pengungsian tersbeut akibat padatnya jumlah pengungsi. Begitu tiba di Bhasan Char, kelompok minoritas yang melarikan diri dari kekerasan di Mnyanmar ini, tidak diizinkan meninggalkan pulau terebut, yang berjarak hanya beberapa jam perjalanan dari pelabuhan selatan Chittagong.

Baca Juga: Gigih Perangi Covid-19, Kapolda Penang Wafat  

Bangladesh telah menuai kecaman karena keengganan berkonsultasi dengan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan badan bantuan lainnya atas transfer pengungsi tersebut.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi menyatakan, pemerintah negara itu belum diizinkan untuk mengevaluasi keselamatan dan keberlanjutan kehidupan pengungsi di pulau itu. 

"Proses pemindahan Rohingya akan terus berlanjut ... mereka pergi ke sana untuk kehidupan yang lebih baik," kata Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi melalui telepon dari Cox's Bazar di tenggara Bangladesh. 

Baca Juga: Penculik Beraksi Malam Hari, Demo di Myanmar Kian Panas

“Prioritas utama kami adalah memulangkan mereka ke tanah air dengan cara yang bermartabat dan berkelanjutan,” lanjutnya. 

Bangladesh telah meminta Myanmar untuk melanjutkan proses repatriasi sukarela pengungsi Rohingya yang terhenti, karena tekanan internasional meningkat terhadap para pemimpin militer menyusul kudeta pada 1 Februari lalu.

Kudeta ini mengurangi harapan para pengungsi untuk kembali ke kampung halamannya. 

“Saya tidak melihat masa depan bagi kami,” kata seorang pengungsi berusia 42 tahun, yang memilih untuk pindah ke lokasi baru di pulau tersebut. “Sedikit harapan yang kami miliki adalah tetap kembali ke tanah air walaupun sudah hancur setelah kudeta.”***

 

Sumber: Reuters

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah