PEMBANTAIAN BUCHA! Walikota Bucha Klaim Banyak Mayat Warganya Dibuang seperti Kayu Bakar ke Kuburan Massal

8 April 2022, 14:56 WIB
Pembantaian di Bucha Ukraina /Oleksii Tarasevich/Handout via REUTERS/

KALBAR TERKINI - Walikota Bucha Anatoliy Fedoruk mengklaim bahwa para penyelidik telah menemukan setidaknya tiga lokasi penembakan massal terhadap warga sipil selama pendudukan Rusia.

Sebagian besar korban disebutnya meninggal karena tembakan, bukan karena penembakan.

Beberapa mayat diklaim ditemukan dengan tangan terikat.

Baca Juga: Rusia dan Ukraina Saling Dituding Soal Pembantian Warga Bucha, Kremlin: Video Mayat Muncul setelah Kami Mundur

"Dibuang seperti kayu bakar ke kuburan massal yang baru ditemukan, termasuk satu di kamp anak-anak," katanya sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Jumat, 8 April 2022.

Padahal, sebagaimana dilansir kantor berita Pemerintah Rusia, TASS, ketika pasukannya mundur dari Bucha, kota kecil dekat Kiev, Ibukota Ukraina, sehari kemudian Walikota Bucha tak menyatakan tentang jenazah-jenazah itu.

Hanya diyatakan bahwa tak ada lagi pasukan Rusia yang tersisa di Bucha.

Baca Juga: Neo Nazi Ukraina Dalangi Pembantaian Massal di Bucha dan Zelensky Tutup Mata demi NATO?

Nanti beberapa hari kemudian, ketika pasukan Ukraina memasuki Bucha, baru muncul laporan tentang mayat yang berserakan di Bucha.

Sementara menurut The Associated Press, Walikota Bucha mengklaim, jumlah warga sipil yang tewas mencapai 320 pada Rabu lalu.

Hanya saja, walikota memperkirakan jumlahnya akan meningkat karena lebih banyak mayat ditemukan di Bucha, yang pernah berpenduduk 50.000 jiwa. "Hanya 3.700 sekarang yang tersisa," katanya.

Baca Juga: Ukraina Dihantui Perampok Bersenjata, Penyelidikan Pembantaian Bucha Semakin Ribet

Kaitannya itu, masih dari media nirlaba AS in, para pemimpin Ukraina memperkirakan akan ada penemuan-penemuan yang lebih mengerikan di hari-hari mendatang setelah pasukan Rusia mundur.

Pasukan Rusia dilaporkan telah meninggalkan gedung-gedung yang hancur, jalan-jalan yang dipenuhi mobil-mobil yang hancur, dan meningkatnya korban sipil yang mengundang kecaman dari seluruh dunia.

Pasukan Kremlin menghancurkan kota utara Chernihiv, sebagai bagian dari upaya mereka untuk menyapu selatan, menuju ibu kota sebelum mundur.

Setelah kejadian itu, lusinan orang mengantre untuk menerima roti, popok, dan obat-obatan dari van yang diparkir di luar sekolah yang hancur, yang sekarang berfungsi sebagai titik distribusi bantuan.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan pada Kamis lalu bahwa meskipun Rusia mundur baru-baru ini, Ukraina tetap rentan, dan memohon senjata dari NATO.

Bantuan senjata juga diminta dari negara-negara lain yang simpati dengan perjuangan Ukraina, untuk membantu menghadapi serangan yang diperkirakan bakal terjadi di timur.

Negara-negara dari aliansi tersebut setuju untuk meningkatkan pasokan senjata, didorong oleh laporan bahwa pasukan Rusia melakukan kekejaman di daerah sekitar ibukota.

Dalam pidato malamnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyarankan bahwa kengerian di Bucha mungkin baru permulaan.

Di kota utara Borodianka, hanya 30 kilometer barat laut Bucha, Zelenskyy memperingatkan lebih banyak korban, dengan mengatakan: "Di sana jauh lebih mengerikan."

Pejabat Ukraina menyatakan awal pekan ini bahwa mayat 410 warga sipil ditemukan di kota-kota di sekitar Kiev.

Para sukarelawan telah menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengumpulkan mayat-mayat itu, dan lebih banyak lagi yang diambil pada Kamis lalu di Bucha.

Di kota pelabuhan Mariupol, pihak berwenang Ukraina diperkirakan akan menemukan hal yang sama.

“Kekejaman yang sama. Kejahatan mengerikan yang sama,” kata Zelenskyy.

Ukraina dan beberapa pemimpin Barat menyalahkan pembantaian itu ke pasukan Moskow.

Mauish dari The Associated Press, koran mingguan Jerman, Der Spiegel, melaporkan bahwa badan intelijen luar negeri Jerman telah mencegat pesan radio di antara tentara Rusia, yang membahas pembunuhan warga sipil.

Rusia diklaim telah salah mengklaim bahwa adegan di Bucha sengaja dipentaskan.

Dalam perang enam minggu sejak 24 Februari 2022 ini, pasukan Rusia disebut gagal merebut Kiev lewat serangan kilatnya.

Rusia juga disebut menyangkal pernyataannegara-negara Barat bahwa Kiev merupakan target utamanya untuk menggulingkan Pemerintah Ukraina.

Setelah kemunduran dan kerugian besar itu, Rusia mengalihkan fokusnya ke Donbas, kawasan industri yang sebagian besar berbahasa Rusia di Ukraina timur.

Di wilayah yang didominasi keturunan Rusia itu, merupakan pusat para milisi pro-Rusia, yang telah berperang dengan pasukan Ukraina selama delapan tahun.

Badan Pengungsi PBB, UNHCR memperkirakan bahwa perang ini telah membuat sedikitnya empat juta warga Ukraina mengungsi ke luar negeri.

Evakusi ini memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Setengah dari pengungsi adalah anak-anak, menurut UNHCR dan badan anak-anak PBB, UNICEF.

Organisasi Internasional untuk Migrasi, yang melacak tidak hanya pengungsi, tetapi semua orang yang berpindah dari rumah mereka, memperkirakan bahwa lebih dari 12 juta orang terdampar di wilayah Ukraina yang diserang Rusia.

Kepala Kemanusiaan PBB menyatakan kepada The Associated Press pada Kamis lalu bahwa dia tidak optimis tentang mengamankan gencatan senjata setelah bertemu dengan para pejabat di Kiev dan di Moskow minggu ini.

Dia menggarisbawahi tentang kurangnya saling percaya di antara. Dia menyatakan hal itu, hanya beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Ukraina mundur dari proposal yang telah dibuat mengenai Krimea, dan status militer Ukraina.

Tidak jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penarikan pasukan Rusia yang akan ditempatkan di Ukraina.

Para pejabat Ukraina telah mendesak orang-orang di timur negara itu untuk pergi sebelum pertempuran meningkat di sana.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk menyatakan, pejabat Ukraina dan Rusia sepakat untuk menetapkan rute evakuasi sipil pada Kamis lalu, dari beberapa daerah di Donbas.

Selain mendorong negara-negara NATO untuk mengirim lebih banyak senjata, pengungkapan tentang kemungkinan kejahatan perang, menyebabkan negara-negara Barat meningkatkan sanksi.

G-7, Kelompok Tujuh Negara Besar Dunia telah memperingatkan bahwa mereka akan terus memperkuat sanksi sampai pasukan Rusia meninggalkan Ukraina.

Kongres AS pada Kamis lalu memilih untuk menangguhkan hubungan perdagangan normal dengan Rusia, dan melarang impor minyaknya.

Sementara Uni Eropa menyetujui untuk menghukum langkah-langkah baru, termasuk embargo impor batu bara.

Sedangkan Majelis Umum PBB untuk sementara ini memilih untuk menangguhkan Rusia dari badan hak asasi manusia terkemuka di organisasi dunia itu.

Presiden AS Joe Biden menyatakan, pemungutan suara di PBB menunjukkan bagaimana perang tersebut telah membuat Rusia menjadi paria internasional, dan menyebut tentang mengerikannya peristiwa di Bucha.

“Tanda-tanda orang diperkosa, disiksa, dieksekusi, dan dalam beberapa kasus tubuh mereka dinodai, adalah kemarahan bagi kemanusiaan kita bersama,” kata Biden.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler