Saingi 'Bar Mabuk', Bar Minus Alkohol Bermunculan di Masa Pandemi

16 Maret 2021, 22:49 WIB
BAR NON-ALKOHOL- Bar non-alkohol, bar era baru diprediksi bakal bersaing dengan 'bar mabuk', bar generasi awal yang pertama kali muncul pada abad ke-19. Bar non-alkohol menyediakan minuman aneka rasa semisal buah beraroma alkohol tapi sebenarnya tak mengandung alkohol./FOTO: EDENBEING/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Bar selalu identik dengan alkohol yang dianggap bisa menenangkan pikiran yang galau. "Air api' ini bisa  dinikmati sambil ditemani alunan musik atau mengobrol bersama rekan hingga mata  sayu, redup, tertidur, dan esoknya...bangun dengan sakit kepala deh!

Toh tak semua bar menyediakan alkohol, sebagaimana jenis bar yang lagi ngetren di banyak negara. Diklaim bisa menenangkan pengunjung, bar-bar ini  mulai bermunculan di masa pandemi Covid-19, dan menyediakan beragam minuman termasuk koktail dan bir tanpa alkohol.

Bar new wave ini bisa ditemui di Tokyo, Jepang, hingga Negara Bagian Texas, AS, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Selasa, 16 Maret 2021. Sebutlah Non-Alcohol Experience, sebuah bar futuristik di Tokyo, di mana pengunjung dapat menyeruput campuran anggur putih non-alkohol, sake, dan cranberry dari gelas berbingkai gula.

Baca Juga: Wah! Pemilik Menyerah Rawat 119 Anjing, Ada yang Bulunya jadi Kribo

Baca Juga: Diduga Bekukan Darah Manusia, Sebagian Eropa Hentikan Vaksin AstraZeneca

Baca Juga: Percaya 'Hoax Microchip' Bill Gates, Banyak Staf Penjara di AS Tolak Divaksin!

Pun di Texas. Pada suatu malam belum lama berselang di negara bagian kedua terbesar di AS ini, tepatnya di Sans Bar, Kota Austin, pelanggan berkumpul di meja luar ruangan. Mereka menikmati musik live, minuman botol  bebas alkohol atau minuman seperti mockarita semangka yang dibuat dengan alternatif tequila.

Bar era baru ini diprediksi bakal bersaing dengan 'bar mabuk', bar generasi awal yang pertama kali muncul pada abad ke-19. “Banyak orang hanya ingin minum lebih sedikit,” kata Chris Marshall, pendiri Sans Bar.

Marshall, yang telah sadar dari 'dunia permabukan' selama 14 tahun, membuka bar setelah menjadi penasihat kecanduan alkohol di sebuah layanan sosial.

Tapi, Marshall mengakui bahwa sekitar pelanggannya minum alkohol di luar barnya. 

"Bar seperti ini lebih nyaman," kata Sondra Prineaux, pelanggan tetap di Sans Bar. "Saya tidak perlu khawatir meninggalkan mobil saya di sini, dan menaiki Uber untuk pulang. Saya juga akan bangun tanpa sakit kepala."

Pada 2020, menurut Brandy Rand, kepala operasional untuk AS di IWSR Drinks Market Analysis, konsumsi alkohol di 10 pasar utama - termasuk AS, Jerman, Jepang, dan Brasil - turun lima persen. Konsumsi minuman rendah dan tanpa alkohol naik satu persen dalam periode yang sama. 

Alkohol masih jauh melebihi minuman rendah atau tanpa alkohol. Peminum di pasar utama tersebut mengonsumsi 9,7 miliar liter alkohol pada 2020 dibandingkan dengan 292 juta liter minuman rendah atau tanpa alkohol.  

Tetapi, Rand mencatat, konsumsi secara global untuk bir, anggur, dan minuman beralkohol rendah dan atau tanpa alkohol, tumbuh dua hingga tiga kali lebih cepat daripada konsumsi alkohol secara keseluruhan.

Ledakan produk baru juga mendorong penjualan.  Ada minuman seperti Ritual Zero Proof Chicago yang dibuka pada 2019, dan membuat wiski tanpa alkohol, gin, dan tequila. Juga perusahaan besar seperti Anheuser-Busch yang memperkenalkan Budweiser Zero bebas alkohol pada 2020. 

“Saya memiliki masalah besar karena menghadapi banyak pilihan yang bagus,” kata Douglas Watters, yang membuka Spirited Away, toko di New York yang menjual bir, anggur, dan minuman beralkohol dan non-alkohol pada November 2020.

Watters menambahkan,  kebijakan penguncian kota, provinsi bahkan negara akibat pandemi Covid-19, memicunya untuk mengakhiri kegiatannya setiap hari dengan koktail.

Dia pun mulai bereksperimen membuat minuman non-alkohol, dan pada Agustus 2020 kemudian memutuskan untuk membuka toko. 

"Banyak pelanggannya yang sadar," katanya. "Banyak orang yang sejak setahun terakhir ini berpikir lebih kritis tentang apa yang mereka minum, dan bagaimana perasaan mereka (saat sedang dan sudah minum),” katanya. 

Joshua James, seorang mantan bartender pun memiliki kesadaran yang serupa selama masa pandemi. Setelah bertugas di Friendship House, pusat perawatan penyalahgunaan zat narkoba, James baru-baru ini membuka Ocean Beach Cafe, bar bebas alkohol di San Francisco.

“Saya ingin menghilangkan kata-kata kecanduan, pemulihan, dan mabuk,” katanya. "Ada seribu alasan untuk jangan lagi minum sebanyak-banyaknya." 

Virus korona, menurut James, telah mempercepat perubahan dalam kebiasaan minum banyak orang. Tapi itu juga merusak kelangsungan usaha dari bar non-alkohol yang baru lahir. Beberapa bar, seperti The Virgin Mary Bar di Dublin, dan Zeroliq di Berlin, telah ditutup sementara karena peraturan protokol kesehatan.  

Getaway, bar non-alkohol di New York, diubah menjadi kedai kopi untuk mengatasi pandemi virus korona. Pemilik Sam Thonis telah menambahkan tempat duduk di luar ruangan, dan berharap  membuka kembali barnya pada musim semi ini. 

Billy Wynne, pemilik Bar Awake di Denver, juga menjual kopi dan botol minuman beralkohol dan non-alkohol dari jendela. Tapi, dia berencana membuka bar non-alkohol, bulan depan.

"Alkohol itu murah. Hanya proses mengekstraknya dari beberapa minuman yang membuatnya jadi lebih mahal," ujarnya. 

Situs pengiriman alkohol, Drizly, mengenakan biaya  33 dolar AS untuk sebotol berukuran 700 ml merek Seedlip Spice 94, minuman beralkohol dan non-alkohol. Angka ini sedikit lebih mahal dibandingkan sebotol Gin Aviation berukuran 750 ml yang dijual seharga 30 dolar AS.

Namun, Wynne yakin bahwa pelanggan bersedia membayar lebih untuk pengolahan koktail atau anggur beraroma baik yang mengandung alkohol atau tidak. Pelanggannya yang rata-rata berusia 30-an atau 40-an dan mayoritas wanita, berterus terang bahwa mereka telah menunggu seumur hidup untuk bisa membuka bar seperti miliknya. 

“Hal semacam ini (membuka bar non-akohol) bukanlah iseng,” katanya. "Orang tidak sadar akan dampak negatif alkohol dalam hidup mereka, kemudian berubah pikiran."*** 

 

Sumber: The Associated Press

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler