Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Irrawaddy, Senin, 24 Mei 2021, Aung Hlaing telah meyakinkan Beijing bahwa rezimnya akan melindungi perusahaan yang didanai asing di negara itu, termasuk investasi China, di tengah kekacauan politik yang disebabkan oleh kudeta itu.
"Kami akan melindungi semua perusahaan yang didanai asing [di negara ini]," katanya kepada Phoenix Television yang berbasis di Hong Kong, menambahkan bahwa warga Myanmar tidak anti-China.
Ini bukan pertama kalinya Aung Hlaing berusaha menenangkan kekhawatiran Beijing tentang kepentingan ekonominya, menyusul meningkatnya kemarahan terhadap China di antara orang-orang Myanmar karena Beijing dianggap mendukung rezim militer.
Dalam wawancaranya dengan media China, Aung Hlaing menyatakan, serangan terhadap pabrik-pabrik yang didukung China bukanlah hasil dari sentimen anti-China di Myanmar, sebaliknya karena situasi politik yang harus disalahkan.
Baca Juga: Israel Siap Hajar Iran, Netanyahu: Ayatollah tak Berhak Musnahkan Yahudi!
Eforia anti-China melonjak di Myanmar menyusul kudeta setelah Beijing dianggap gagal mengutuk pengambilalihan militer. Sekitar 13 atau 14 pabrik yang didukung China di Yangon telah rusak atau mengalami serangan pembakaran.
Pengunjuk rasa pro-demokrasi juga menyerukan orang-orang untuk menentang semua proyek China, dan memboikot produk China di negara tersebut.
Tetapi China - investor terbesar kedua di Myanmar - adalah salah satu dari sedikit negara yang bersedia berbisnis dengan junta, dan berinvestasi besar-besaran di negara itu. Padahal, kalangan investor internasional lainnya menghindari rezim militer karena sanksi Barat dan pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung.
Investasi Baru China untuk 500 Proyek
Media China melaporkan bahwa Aung Hlaing mengklaim, China telah menginvestasikan lebih dari 20 miliar dolar AS dalam 500 proyek di Myanmar.