Mengenal Lebih Dekat Sosok Jusuf Hamka, Konglomerat Mualaf yang Setiap Hari Jual Nasi Kuning Seharga Rp 3.000

17 Juni 2023, 14:17 WIB
Jusuf Hamka punya beberapa outlet di Bandung dan Jakarat yang jual nasi kuning seharga Rp 3.000 /editornews.id/

KALBAR TERKINI - Jusuf Hamka membuka usaha nasi kuning pada 6 Februari 2018 dengan memberikan modal Rp 100 juta untuk usaha nasi kuning.

Hingga saat ini sudah ada 12 outlet nasi kuning di antaranya ada di Semarang lokasinya di depan markas tentara Kesatrian, di Bandung pas di depan markas Yonzipur dan Jalan Banten.

“Terus kita (outlet-red) ada di Cimanggis, Karawag, Jakarta cukup banyak, di kantor Sunter, di Masjid Baba Alun Warakas Papango,” ujarnya.

Jusuf Hamka mengatakan, program nasi kuning ini juga dijalankan dengan memberdayakan pedagang atau warung sekitar dan tidak melalui katering.

Baca Juga: Punya Mobil Listrik Tak Perlu Bayar Pajak Kendaraan, Lho! Masih Ragu untuk Membeli?

“Program nasi kuning kita harus beli di warung setempat, saya bilang tidak boleh masak sendiri, catering sendiri.

Selama masih ada warung setempat, kita harus beli dari warung setempat,” ungkap Jusuf.

Ia mencontohkan, jika ada lima warung dengan demikian bergantian untuk membeli dari warung tersebut.

Misalkan pada Senin, warung pertama, kemudian Selasa dari warung kedua.

“Saya bilang kita mau sedekah, mereka mau cari nafkah warung kecil sempat.

Kita mau mencari pahala cari barokah, mereka mau cari uang buat anak sekolah, kalau mereka jual 10 ribu, kita disampingnya jual Rp 3 ribu yang dapat bukan barokah tapi sumpah serapah karena tak bisa bersaing dengan kita,” jelasnya.

Baca Juga: Update Daftar Provinsi yang Mulai Bulan Ini Berikan Pemutihan Pajak Kendaraan 2023

Jusuf memberdayakan warung setempat untuk membantu dan memajukan usaha milik masyarakat sehingga seluruh pihak mendapatkan berkah.

“Saya beli nasi kuning Rp 10.000, saya jual Rp 3.000 secara matematika orang bilang rugi, saya bilang untung,” tutur dia seperti dikutip dari akun Youtube Be a Billionaire ID.

Jusuf Hamka menceritakan kenapa tidak memberikan nasi kuning tersebut gratis dan memilih hanya jual Rp 3.000, lantaran tidak ingin memonopoli sedekah dan pahala.

“Kalau saya kasih gratis, saya memonopoli sedekah itu dan monopoli pahala itu, tapi kalau saya jual Rp 3.000, saudara-saudara yang biasa makan Rp 10 ribu, dia bisa makan Rp 3 ribu, bisa sedekah orang lain yang di bawah dia Rp 3.000.

Save Rp 4.000, jadi bukan bisnis saja yang tidak boleh dimonopoli, sedekah juga tidak boleh dimonopoli, pahala juga tidak boleh dimonopoli,” tambah Jusuf Hakma.

Jusuf Hamka mendirikan Masjid Babah Alun Desari.

Baca Juga: Spesifikasi dan Simulasi Kredit OTR Pontianak Suzuki Jimny, Mobil Modern-Retro Klasik untuk Penggemar Off-Road

Mualaf Atas Bimbingan Buya Hamka

Awal mula Jusuf Hamka menjadi mualaf, pada 1981 saat dirinya membaca majalah yang mengangkat kisah orang yang masuk Islam di Masjid Al-Azhar.

Ia kemudian pergi ke masjid tersebut dan bertemu dengan sekretaris masjid Ustadz Zaelani.

Ustadz Zaelani membawa Jusuf Hamka untuk bertemu dengan Buya Hamka dan akhirnya ia mengucap dua kalimat syahadat dan menyatakan dirinya masuk Islam di bawah bimbingan Buya Hamka.

Sejak mualaf, ia mengganti namanya dari Alun Joseph dengan Mohammad Jusuf Hamka dan hingga kini ia sering dipanggil Jusuf Hamka atau Babah Alun.

Saat ini ia menjadi pengusaha di bidang konstruksi, terutama pada pembangunan jalan tol dan juga memiliki jabatan di berbagai perusahaan terkenal di Indonesia, seperti menjadi Komisaris Utama PT Mandara Permai, Komisaris PT Indosiar Visual Mandiri, dan masih banyak perusahaan ternama lainnya.***

Jusuf Hamka sedang belanja di pasar loak

Editor: Yulia Ramadhiyanti

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler