Gelar Misa di Reruntuhan Gereja Mosul, Paus ke ISIS: Membunuh atas Nama Tuhan adalah Salah!

- 7 Maret 2021, 20:49 WIB
PAUS FRANCIS KE ISIS -  Paus Francis berpesan ke ISIS dalam homilinya di antara reruntuhan Gereja Katolik Mosul: Membunuh atas Nama Tuhan adalah salah!./REUTERS/
PAUS FRANCIS KE ISIS - Paus Francis berpesan ke ISIS dalam homilinya di antara reruntuhan Gereja Katolik Mosul: Membunuh atas Nama Tuhan adalah salah!./REUTERS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

MOSUL, KALBAR TERKINI - Paus Francis Irak menggelar misa di reruntuhan gereja Katolik Roma di Kota Mosul, kota bagian utara   Irak, Minggu, 7 Maret 2021. Paus dalam homilinya menyatakan, membenci, membunuh, atau berperang atas nama Tuhan, adalah salah.

Kedatangan Paus Francis di Mosul -kota yang sebagian wilayahnya hancur akibat pertempuran antara koalisi internasional melawan ISIS yang mengusai kota tua itu pada 2014-2017- Paus disambut sangat meriah, bukan hanya oleh umat Nasrani. Melainkan juga oleh warga Muslim. Mereka berdiri di sepanjang jalan hingga di lokasi misa.

Dikutip Kalbar-Terkini dari Reuters, Minggu, warga Muslim dan Nasrani di Mosul juga berdialog denan Paus Francis tentang tragisnya kehidupan mereka selama di bawah pemerintahan ISIS yang brutal.

Baca Juga: 'Gloria in Exelcis Deo': Paus Francis sedang Menuju Irak!

Hal ini disampaikan menjelang Kepala Gereja Katolik dan Pemimpin Tahta Suci Vatikan melakukan pemberkatan agar semua rakyat Irak termasuk Mosul, bangkit dari debu peperangan. "Persaudaraan akan lebih tahan lama daripada pembunuhan, saudara-saudara," katanya.

Paus Francis terbang ke kota utara Baghdad ini dengan helikopter untuk mendorong penyembuhan luka sektarian di kalangan warga serta untuk mendoakan orang-orang yang meninggal dari semua agama.

Paus berusia 84 tahun itu menyaksikan reruntuhan rumah dan gereja di alun-alun yang merupakan pusat kota tua yang berkembang tapi hancur selama Mosul diduduki selama dua tahun oleh ISIS

Baca Juga: Pesawat Iran Dibajak, Korps Pengawal Revolusi Islam Bergerak Cepat

Paus Francis  sempat duduk di tangga beton gereja yang menjuntai di antara puing-puing dan kerangka rumah ibadah itu. “Kami menolak fundamentalisme. Tidak untuk sektarianisme dan tidak untuk korupsi,” kata Uskup Agung Mosul, Najeeb Michaeel kepada Paus Francis.

Paus Francis, yang dalam perjalanan bersejarah pertama oleh seorang paus ke Irak, terlihat tersentuh oleh kehancuran kota tersebut. Dia pun berdoa untuk semua arwah warga Mosul yang telah meninggal.

"Betapa kejamnya negara ini, tempat lahir peradaban, harus dilanda pukulan yang begitu biadab. Tempat-tempat ibadah kuno dihancurkan dan ribuan orang - Muslim, Kristen, Yazidi dan lainnya, secara paksa mengungsi atau dibunuh,"  kata Paus Francis.

"Hari ini, bagaimanapun, kami menegaskan kembali keyakinan kami, bahwa persaudaraan lebih tahan lama daripada pembunuhan,  bahwa harapan lebih kuat daripada kebencian, bahwa perdamaian lebih kuat daripada perang," lanjutnya.

Keamanan superketat diberlakukan selama perjalanan Paus Francis ke Irak. Truk pikap militer yang dipasangi senapan mesin terlihat mengawal iring-iringan mobil Paus Francis, dan petugas keamanan berpakaian preman, berbaur di Mosul dengan gagang senjata yang muncul dari balik ransel hitam di dada mereka.

Dalam pernyataannya secara langsung ke ISIS, Paus Francis menyatakan: "Harapan tidak akan pernah bisa dibungkam oleh darah yang ditumpahkan oleh mereka yang menyesatkan nama Tuhan untuk mengejar jalan kehancuran!"

Paus kemudian membaca doa yang mengulangi salah satu tema utama perjalanannya. "Membenci, membunuh, atau berperang atas nama Tuhan, adalah selalu salah," tegas Paus Francis. 

Baca Juga: Rakyat Berguguran, Militer Cari Masalah Baru: Sidangkan Menterinya Suu Kyi!

Nasrani Irak Takut Kembali

Komunitas Nasrani Irak, salah satu agama tertua di dunia telah mengalami nestapa akibat konflik selama bertahun-tahun di negara itu. Jumlahnya tersisa 300 ribu anggota jemaatdari sekitar 1,5 juta, sebelum AS melakukan invasi ke Irak pada 2003 disusul terjadinya kekerasan militan secara brutal. 

Pendeta Raid Adel Kallo dari Gereja Kabar Baik yang hancur, menceritakan bagaimana ketika pada 2014 dia melarikan diri dengan 500 keluarga Kristen dan sedih melihat kurang dari 70 keluarga yang menghadiri misa Paus sekarang ini.

"Mayoritas telah beremigrasi dan takut untuk kembali," katanya. "Tapi saya tinggal di sini, dengan dua juta Muslim yang memanggil saya ayah, dan saya menjalankan misi saya dengan mereka," tambahnya, memberi tahu Paus Francis tentang Komite Keluarga Mosul yang mempromosikan hidup berdampingan secara damai antara Muslim dan Kristen.

Seorang warga Muslim dari Komite Keluarga  Mosul, Gutayba Aagha mendesak orang-orang Kristen yang melarikan diri untuk kembali ke rumah-rumah mereka dan melanjutkan aktivitas mereka di tanah air sendiri. 

Paus Francis kemudian terbang dengan helikopter ke Qaraqosh, kawasan Nasrani yang dikuasai oleh pejuang ISIS.

Di kawasan ini, keluarga-keluarga yang mengungsi mulai perlahan-lahan kembali, dan membangun rumah mereka yang hancur. Di Qaraqosh, Paus Francis menerima sambutan yang paling heboh sepanjang muhibahnya di Irak. Ribuan warga memenuhi sepanjang jalan untuk melihat langsung pemimpin agama mereka.

Sayangnya, sebagian besar warga tidak memakai masker meski terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Irak. “Saya tidak bisa menggambarkan kebahagiaan saya, ini adalah peristiwa oaling bersejarah yang tidak akan terulang,” kata Yosra Mubarak (33) yang sedang hamil tiga bulan yangs empat tujuh tahun meninggalkan rumahnya bersama suami dan putranya akibat kekerasan di kota itu. 

Paus Francis telah menekankan perdamaian antaragama sejak awal perjalanannya pada Jumat pekan lalu.

Pada Sabtu lalu, Paus Francis mengadakan pertemuan yang bersejarah dengan ulama Syiah Irak dan mengunjungi tempat kelahiran Nabi Ibrahim, dan mengutuk kekerasan atas nama Tuhan.*** 

 

Sumber: Reuters 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah