"Namun karena kami bertetangga, dan situasi Myanmar saat ini telah menjadi masalah regional, kami berharap akan ada beberapa pemimpin ASEAN yang akan mendengarkan keinginan lebih dari 50 juta orang di Myanmar. Sekarang berbeda dengan pengalaman masa lalu, tentunya. Namun, ASEAN tidak menunjukkan dukungan atau mengakui pemerintahan rakyat, NUG. Mereka mengundang pemimpin junta, dan kami kecewa," tegasnya.
ASEAN tak Hormati Rakyat Myanmar
Senada itu, Dr Tin Maung Than, seorang analis politik Myanmar berkata: "Saya pikir ASEAN akan mengambil sikap berdasarkan isu-isu yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB. Jika memungkinkan, ASEAN mungkin ingin menengahi. tapi untuk itu, Myanmar (junta) harus menerimanya."
"Jika tidak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang dapat dilakukan ASEAN, adalah terlibat secara konstruktif. Tapi, ada resiko itu, dan ada batasannya juga. Ada risiko, karena anggota ASEAN lainnya terlibat dengan terduga penjahat genosida Myanmar. ASEAN seharusnya melihat 'kemauan dan kepentingan rakyat Myanmar', seperti yang didesak oleh DK PBB pada 4 Februari 2021," tegasnya.
"Keinginan dan kepentingan rakyat, bertentangan dengan rencana junta, termasuk mengadakan pemilihan dengan kemungkinan melakukan marjinalisasi terhadap Liga Nasional untuk Demokrasi. Jika ASEAN mengabaikan kemauan rakyat, upaya ASEAN hanya akan menyemir sepatu para tersangka kriminal Myanmar [dituduh], genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan," tambah Maung Than.
Menurutnya, ASEAN perlu menghormati keinginan rakyat Myanmar karena telah memiliki pemerintah sipil, NUG, dan kami mendukungnya, karena NUG mewakili rakyat. "Jenderal Min Aung Hliang adalah seorang pemimpin teroris dan penjahat. Oleh karena itu, jika ASEAN mengadakan pembicaraan mengenai Myanmar, NUG tidak boleh lepas. Kami sangat keberatan dengan keputusan ASEAN untuk tidak mengundang NUG, " lanjut Maung Than.
Ditegaskan, rakyat Myanmar, menghormati peran komunitas internasional, termasuk ASEAN dan PBB. "Kami memahami, perjuangan kami ada di dalam diri kami, dan kami akan melanjutkan serangan kami, untuk melawan kudeta militer dan kediktatoran. Kami juga meminta masyarakat di negara-negara anggota ASEAN, untuk bersolidaritas dengan rakyat Myanmar, dan mendengarkan suara kami," pintanya.
Baca Juga: Hilangnya KRI Nanggala 402 Jadi Trending Pencarian di Amerika Serikat