Pakar Teroris India: ISIS Indonesia Siapkan Pasukan Wanita

- 1 April 2021, 18:57 WIB
TERORIS WANITA - Brigade Al-Khansaa menjadi model pejuang perempuan ISIS di seluruh dunia, termasuk pejuang perempuan dari Asia Tenggara./FOTO: INTERNATIONAL CENTER FOR THE STUDY OF VIOLENT EXTREMISM/
TERORIS WANITA - Brigade Al-Khansaa menjadi model pejuang perempuan ISIS di seluruh dunia, termasuk pejuang perempuan dari Asia Tenggara./FOTO: INTERNATIONAL CENTER FOR THE STUDY OF VIOLENT EXTREMISM/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Ketiga, perempuan Indonesia pada umumnya progresif, sehingga tidak diatur oleh nilai-nilai patriarki yang sama seperti masyarakat Arab atau Afghanistan.

Secara historis, di Indonesia, peran aktif perempuan dalam kelompok teroris terkait peperangan maupun di zona konflik, baik pada tataran strategis maupun taktis, terlihat menunjukkan perubahan stereotipe.

Peran Jihadis perempuan penganut ideologi ISIS , tidak hanya menyuplai  'pengantin bagi laki-laki'  dalam kelompok jihadis. Mereka juga dengan bangga mengambil posisi dalam menjaga kerahasiaan gerakan.

Selain itu, mereka menyediakan makanan dan perbekalan logistik untuk para pejuang. Da,  para wanita ini secara rutin menjalani pelatihan fisik untuk mempersiapkan kemungkinan mereka harus mempertahankan wilayah mereka dari musuh.

Propaganda ISIS lewat Telegram dan Facebook

Menurut kajian Ahmed, perempuan radikal Indonesia juga terlibat dalam mempersiapkan salah satu brigade terpenting untuk pasukan kelompok radikal dan ekstrimis. Inilah suatu pasukan tentara anak dan perempuan.  

Indoktrinasi orang tua radikal atau ibu ekstremis atau anggota keluarga fundamentalis telah berdampak besar ke pikiran anak-anak kecil. Dampak ini berpengaruh besar ke psikologi tentara anak yang direkrut ke dalam kelompok, dan gerakan melalui keluarga, serta kekuatan masyarakat lainnya yang lebih besar.  

Misalnya, para jihadis perempuan di Indonesia telah memainkan berbagai peran selama konflik di Maluku dan Poso pada 1998- 2002: mereka menyediakan amunisi, bahan peledak rakitan, dan pasokan logistik untuk para jihadis. Tetapi kontribusi terpenting mereka adalah menyediakan pejuang lokal, termasuk anak-anak kecil.  

Setelah konflik, mereka memainkan lebih banyak peran strategis: terlibat dalam dakwah, memelihara pikiran anak-anak muda terutama anak laki-laki, pendidikan, rekrutmen, dan kegiatan amal. 

Al Qaeda dan ISIS sangat gigih menyebarkan ideologi dan rekrutmen lewat media sosial. Radikalisasi sering mengarah pada perekrutan, dan dalam banyak kasus, terdapat sebuah mode utama:  menawarkan bantuan kepada mereka yang memiliki niat untuk menjadi pejuang, baik laki-laki, perempuan atau anak-anak.  

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah