Waspadai Serangan Jemaah Islamiyah: Lebih Profesional dan 'Nendang' dari JAD!

- 29 Maret 2021, 21:27 WIB
JEMAAH ISLAMIYAH - Pasukan ISIS ini memasuki wilayah taklukan. Sebuah analisa mengingatkan otoritas terkait di Indonesia untuk mewaspadai serangan kelompok Jemaah Islamiyah (JI). Organisasi teroris jaringan al-Qaeda ini lebih profesional ketimbang Ansharut Daulah (JAD), organiasi payung ISIS di Indonesia./FOTO: REUTERS/
JEMAAH ISLAMIYAH - Pasukan ISIS ini memasuki wilayah taklukan. Sebuah analisa mengingatkan otoritas terkait di Indonesia untuk mewaspadai serangan kelompok Jemaah Islamiyah (JI). Organisasi teroris jaringan al-Qaeda ini lebih profesional ketimbang Ansharut Daulah (JAD), organiasi payung ISIS di Indonesia./FOTO: REUTERS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Namun secara lebih luas, serangan JAD menjadi kurang profesional, kurang terencana, dan kurang mematikan. Salah satu tren yang bisa diamati, yakni  meningkatnya jumlah penyerangan tunggal, termasuk serangan pisau pada medio 2019 terhadap mantan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Wiranto.

Serangan itu mencontohkan jenis serangan yang paling sering dilakukan JAD: serangan dengan sedikit perencanaan, sedikit pelatihan, dan kekurangan dana.  Bahkan, ketika serangan direncanakan dengan lebih baik, mereka berhasil digagalkan oleh aparat.

Misalnya, bom bunuh diri pada November 2019 di salah satu kantor polisi di Provinsi Sumatera Utara, yang melukai enam orang, tetapi tidak ada korban jiwa, selain pelakunya sendiri yang 'naik ke surganya bersama bidadari-bidadari' imajinatif.

Kualitas serangan JAD yang bervariasi, dapat dikaitkan dengan sifat horizontal ISIS di Asia Tenggara pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya. Struktur JAD yang terdesentralisasi, dan kurangnya unit pelatihan khusus, mencegah distribusi pembelajaran yang setara antarsel, menghambat transfer keterampilan dari satu sel ke sel lain.  

Meskipun ISIS pusat menginspirasi dan mendanai berbagai sel, JAD tidak pernah mengarahkan serangan sebagaimana yang terjadi di Prancis atau Belgia. ISIS pusat untuk JAD di Indonesia , hanya  bertindak sebagai motivator bagi serigala tunggal atau sel independen untuk mengatur serangan mereka sendiri. 

Karakteristik organisasi ini juga memengaruhi respons terhadap pandemi korona. Meski pandemi memang merupakan peluang, JAD gagal memanfaatkannya. Sebab, struktur grup ini horizontal  dan terdesentralisasi. Sel-selnya memiliki niat dan kemampuan yang berbeda dalam menanggapi Covid-19. 

Meskipun memiliki strategi terpusat, namun aksi  JAD tidak dapat diterapkan di seluruh wilayah.

Di dalam JAD sendiri, muncul beragam respons terhadap pandemi. Beberapa di antaranya menganggap virus korona sebagai wabah yang tertulis dalam hadits, memberikan konteks religius untuk pandemi, dan mengakibatkan beberapa anggota tinggal di rumah.

Yang lain melihat Covid-19 sebagai tanda akhir dunia, sebuah peristiwa yang terjadi sebelum kedatangan mesias Islam.  

Meskipun ada anggota yang menggemakan pandangan pusat ISIS, dan melihat pandemi sebagai peluang untuk menyerang, tapi hanya sedikit yang telah mencobanya.Ini bukan karena JAD tidak melakukan apa-apa, tetapi sebagian besar di antara mereka, lebih berfokus pada kelompok mereka.  

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah