Pada 1949, Kartosuwiryo mendeklarasikan berdirinya DI/NII di Desa Cisampah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan tunggal menolak kebijakan Pemeirntah Republik Indonesia untuk menarik pasukannya dari Jawa Barat.
Dari Jawa Barat, DI/NII meluaskan pengaruhnya di Sulawesi Selatan, pimpinan mantan perwira militer temam Presiden Sukarno, yakni Kahar Muzakkar, dan juga meluas di Aceh.
Baca Juga: Pangeran Andrew Memalukan, Terlibat Penipuan dengan Istri Seorang Teroris Turki
Meski pemberontakan DI/TII sudah ditumpas total oleh negara, banyak gerakan yang terkait dengan DI masih terlihat, bahkan beroperasi secara sembunyi-sembunyi.
Kelompok-kelompok yang saat ini terkait dengan DI/TII diduga terlibat dalam kegiatan teroris di Indonesia. Bahkan, orang-orang yang telah bergabung dengan ISIS, masih memiliki hubungan dengan pemberontakan DI di masa lalu.
Pada 2020-2021, dilansir Kalbar-Terkini.com dari laporan Global Terorisme Indeks 2022 berjudul 'Mengukur Dampak Terorisme', ISIS' bersama kelompok-kelompok afiliasinya telah mencatat serangan dan penyebab kematian terbanyak dari kelompok teroris mana pun.
Gerombolan oknum-oknum yang menghianati kesucian agama Islam ini adalah Negara Islam – Khorasan Provinsi (ISKP); Negara Islam Provinsi Sinai (ISSP); dan Negara Islam Afrika Barat (ISWA).
Kematian yang mereka timbulkan telah mewakili 29 persen dari semua kematian akibat terorisme secara global pada 2021.
Meskipun demikian, serangan ISIS pada 2020 telah turun dari 837, menjadi 794 pada 2021, atau turun lima per sen.