"Tetapi, Anda harus menunjukkan bahwa ini tidak dapat diterima dengan cara apa pun," lanjutnya.
Hanya saja, dalam skenario seperti itu maka AS akan berperang langsung dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Masalahnya, Presiden Vladimir Putin memperingatkan bulan lalu, Moskow akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyatnya.
Apalagi jika integritas teritorial negara itu dalam bahaya.
Namun, Gedung Putih menafsirkannya sebagai ancaman penggunaan nuklir terhadap Ukraina.
AS kemudian juga menanggapinya dengan mengancam adanya 'konsekuensi bencana'.
Pensiunan jenderal itu menyinggung pula tentang referendum di Republik Donbass dan wilayah Kherson dan Zaporozhye.
Referendum yang digelar pekan lalu itu dinilainya sebagai langkah 'putus asa' Putin di tengah kekalahan di medan perang.
Referendum tersebut mendeklarasikan kemerdekaan wilayah-wilayah itu untuk bergabung dengan Rusia.
"Dia kalah, dan realitas medan perang yang dia hadapi, menurut saya, tidak dapat diubah," kata Petraeus.
“Tidak ada jumlah mobilisasi shambolic, yang merupakan satu-satunya cara untuk menggambarkannya," lanjutnya.