Austria Kibarkan Bendera Israel, Iran 'Ngambek'

- 15 Mei 2021, 22:08 WIB
BATAL - Iran batal mengikuti perundingan nuklir di Kota Wina, Ibu Kota Austria, karena Kanselir Sebastian Kurz mengibarkan bendera Israel di kantornya di Wina/ILUSTRASI BENDERA ISRAEL: PIXABAY/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/
BATAL - Iran batal mengikuti perundingan nuklir di Kota Wina, Ibu Kota Austria, karena Kanselir Sebastian Kurz mengibarkan bendera Israel di kantornya di Wina/ILUSTRASI BENDERA ISRAEL: PIXABAY/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS/ /PIXABAY

ZURICH, KALBAR TERKINI -  Kemarahan  Iran atas Israel akibat tudingan menyerang Palestina telah menunda agenda penting Barat terkait merayu Repubik Islam ini untuk berunding soal nuklirnya.  Iran  batal mengikuti perundingan ini karena bendera Israel dikibarkan di atas Gedung Kanselir  Federal Austria di Wina, ibu kota negara.  

Austria dikenal sebagai pendukung fanatik Israel. Apalagi dalam catatan ahli sejarah Yahudi, Titus Flavius ​​Josephus, Raja Yudea,  Herodes Arkhelaus (23 SM - 18 M) dibuang ke Wina di Galia oleh Kaisar Romawi.   

Menurut Injil Matius,  Herodes memerintahkan eksekusi seluruh bayi ldi sekitar Bethlehem. Ini karena Herodes khawatir akan kehilangan takhtanya dari Raja Yahudi yang baru lahir, Yesus Kristus, seperti yang diberitahukan kepadanya oleh orang-orang Majus. 

Baca Juga: HAMAS Berkaul Kibarkan Bendera Allah hingga Kecaman Tameng Rantai Manusia

Sementara dikutip Kalbar-Terkini.com dari Arab News, Sabtu,  15 Mei 2021, kehadiran Iran lewat Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif,  seharusnya beradadi Wina terkait upaya kekuatan Barat untuk mencoba menghidupkan kembali kesepakatan 2015,  setelah Iran setuju mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. 

Belakangan, Zarif membatalkan kunjungan ke mitranya dari Austria. "Pembatalan ini  untuk menunjukkan ketidaksenangan Iran,  karena Pemerintah Kanselir Sebastian Kurz telah mengibarkan bendera Israel di Wina sebagai solidaritas,"  kata pihak Kementerian Luar Negeri Austria,  Sabtu ini.  

Zarif seharusnya bertemu rekannya,  Alexander Schallenberg,  tetapi membatalkan perjalanan itu," kata seorang juru bicara Schallenberg, membenarkan laporan surat kabar Die Presse. 

"Kami menyesali ini dan mencatatnya. Tetapi bagi kami,  sudah jelas bahwa ketika Hamas menembakkan lebih dari 2.000 roket ke sasaran sipil di Israel,  maka kami tidak akan tinggal diam," lanjut juru bicara Schallenberg. 

Baca Juga: Palestina kian Mengerikan: Iran Korek Luka Lama Arab ketika Dikalahkan Israel

Hamas adalah kelompok Islam yang menguasai Gaza. Israel telah menghantam Gaza dengan serangan udara, dan militan Palestina telah meluncurkan serangan roket ke Israel dalam eskalasi kekerasan terburuk dalam beberapa tahun. 

Di Teheran, masih menurut IRNA, juru bicara kementerian luar negeri Saeed Khatibzadeh menyatakan, Zarif tidak menganggap perjalanan itu bermanfaat dalam keadaan kondisi ini. 

Mantan Presiden AS Donald Trump telah membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2018, dan mendorong Iran untuk mulai melanggar ketentuannya. 

Kurz, yang sangat pro-Israel, menyebut mengibarkan bendera Israel di atas kantor kanselir federal pada Jumat, 13 Mei 2021, sebagai tanda solidaritas di tengah bentrokan kekerasan.

Tetapi Abbas Araqchi, yang memimpin delegasi Iran dalam pembicaraan di Wina, mengkritik langkah tersebut. "Wina adalah tempat kedudukan (pengawas nuklir) IAEA & PBB, dan (Austria) sejauh ini menjadi tuan rumah yang hebat untuk negosiasi," tulis Araqchi di Twitter. “Mengejutkan & menyakitkan melihat bendera rezim pendudukan, yang secara brutal membunuh puluhan warga sipil tak berdosa, termasuk banyak anak hanya dalam beberapa hari, berada di atas kantor pemerintah di Wina. Kami mendukung Palestina."

Baca Juga: Konflik Israel-Palestina Terus Memanas, 109 Tewas di Jalur Gaza 29 Diantaranya Anak-anak

IAEA sendiri adalah singkatan bahasa Inggris dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency), organisasi internasional yang berupaya mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai, dan untuk menghambat penggunaannya untuk tujuan militer apa pun, termasuk senjata nuklir.

Badan Tenaga Atom Internasional didirikan sebagai organisasi otonom pada 29 Juli 1957. Meskipun didirikan secara independen dari PBB melalui perjanjian internasionalnya sendiri, IAEA  melapor kinerjanya ke Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB.

Berkantor pusat di Wina,  IAEA memiliki dua Kantor Perlindungan Regional, yang berlokasi di Toronto, Kanada; dan Tokyo, Jepang.

Badan ini juga memiliki dua kantor penghubung yang berlokasi di Kota New York, AS, dan di Jenewa, Swiss. Selain itu, IAEA memiliki laboratorium dan pusat penelitian yang berlokasi di Seibersdorf, Austria, di Monako dan di Trieste, Italia.

Baca Juga: Israel Bombardemen Palestina: Berisiko Gali Luka lama Negara-negara Arab

IAEA berfungsi sebagai forum antar pemerintah untuk kerjasama ilmiah dan teknis dalam penggunaan damai teknologi nuklir dan tenaga nuklir di seluruh dunia.

Program-program IAEA mendorong pengembangan aplikasi damai energi nuklir, ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan perlindungan internasional terhadap penyalahgunaan teknologi nuklir, bahan-bahan nuklir,  dan mempromosikan keselamatan nuklir (termasuk perlindungan radiasi),  dan standar keamanan nuklir dan implementasinya.***

 

Sumber: Arab News, Wikipedia

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah