Padahal, negara-negara ini sempat masih dalam 'tahap menunggu' kebijakan pemerintahan AS yang baru, sekaligus membaca karakter pemimpinnya.
Sejak mengetahui 'siapa sebenarnya' Biden, maka sejumlah negara ini ditengarai mulai bereaksi (meledek), antara lain Korea Utara lewat uji coba rudal-rudal balistiknya.
Belum Pernah Terjadi
Menurut Lavrov, cepatnya UE bergabung dan berjanji setia ke AS dalam KTT virtualnya dengan Biden, belum pernah terjadi sebelumnya.
"Saya belum pernah mendengar sumpah setia seperti itu. Apalagi, sambutan yang disampaikan kepada publik mengungkap kurangnya pengetahuan tentang sejarah Perserikatan Bangsa-bangsa, dan banyak hal lainnya," tambahnya.
Lavrov menekankan, masih ada saja politisi di AS yang tidak masuk akal, yang sadar bahwa kebijakan yang ditujukan untuk konfrontasi dengan Rusia, tidak akan mengarah ke mana pun.
Dia mencatat bahwa 27 organisasi di AS sebelumnya mendesak pemerintah Biden untuk menghentikan penggunaan retorika sembrono' dengan Rusia, dan terlibat dalam 'pembicaraan bilateral yang konstruktif'.
Dalam pertemuan puncak virtual UE, Biden secara khusus menyoroti perlunya AS dan UE untuk mengoordinasikan tindakan mereka terhadap Rusia dan China.
Para pemimpin UE pun menyatakan keinginannya untuk bekerja dengan AS guna memastikan pasokan vaksin, pemulihan ekonomi paska pandemi, dan perluasan demokrasi.***