Pengerahan militer Korut ke Suriah bersama dengan penasihat militer dan teknisi, sudah termasuk unit pasukan khusus canggih, salah satu aset paling berharga Pyongyang.
Kemampuan canggih dan standar pelatihan elit dari unit-unit ini telah dibuktikan selama insiden dengan militer Korsel. Di antaranya, dalam insiden infiltrasi kapal selam Gangneung pada 1996, ketika tiga anggota pasukan khusus Korut terdampar di selatan Paralel ke-38.
Personel ini berhasil menghindari beberapa ribu tentara Korsel yang ditugaskan untuk menemukan mereka selama 49 hari. Ketika dua dari mereka akhirnya ditemukan dan dieliminasi, mereka telah membunuh 12 tentara Korsel, dan menyebabkan 27 korban tentara lainnya, sehingga total 39 korban dari militer Korsel.
Personel yang tersisa, tidak pernah ditemukan, dan diasumsikan berhasil kembali ke Korut.
Pasukan khusus Korut dilatih untuk beroperasi di belakang garis musuh, untuk memberikan pengaruh yang besar, bahkan terhadap musuh elit. Potensi mereka melawan pasukan gerilyawan Timur Tengah yang kurang terlatih dan compang-camping semisal ISIS, sangat mematikan.
Pada Maret 2016, perwakilan pasukan pemberontak menyatakan, personel militer Korut telah dikerahkan untuk operasi tempur di negara itu atas nama Damaskus. Mereka digambarkan sebagai 'mematikan'. Ini membuktikan, Korut memiliki aset yang tak ternilai bagi upaya kontra pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Suriah.
Mengerahkan pasukan khusus ke Suriah, tetap merupakan cara yang efektif untuk berkontribusi pada upaya perang Damaskus, sekaligus mendukung negara-negara sahabat melawan musuh-musuh yang anti-Barat.
Keterlibatan pasukan khusus Korut, dianggap sebagai pasukan paling berbahaya yang belum pernah dihadapi oleh kelompok pemberontak Islam, seperti ISIS dan Al Qaeda.***
Sumber: Military Watch Magazine