Terlanjur Muak, Warga berbagai Ras di AS Berdemo anti-Rasisme

- 21 Maret 2021, 09:02 WIB
DEMO ANTIRASIS-  Ratusan warga AS berkumpul di taman di seberang Capitol Negara Bagian Georgia di Kota Atlanta untuk menuntut keadilan bagi para korban penembakan di bisnis pijat beberapa hari sebelumnya, Sabtu, 20 Maret 2021 di Atlanta./FOTO AP/CANDICE CHOI/
DEMO ANTIRASIS- Ratusan warga AS berkumpul di taman di seberang Capitol Negara Bagian Georgia di Kota Atlanta untuk menuntut keadilan bagi para korban penembakan di bisnis pijat beberapa hari sebelumnya, Sabtu, 20 Maret 2021 di Atlanta./FOTO AP/CANDICE CHOI/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

ATLANTA, KALBAR TERKINI - Warga 'kulit berwarna'  -Asia dan Afrika- dan Hispanik- di dua kota di Negara Bagian Georgia, AS, menggelar demo, Minggu, 21 Maret 2021. Mereka menyerukan agar rasisme segera dihentikan menyusul aksi penembakan yang menewaskan empat wanita Korea di tiga spa di Kota Atlanta, Selasa, 16 Maret 2021 waktu setempat.  

Berbagai kasus rasis baik langsung maupun tidak langsung mulai marak terjadi di AS oleh oknum-oknum berkulit putih, suaru ras  dari Eropa yang leluhurnya nota bene juga pendatang di Benua Amerika, dan pernah membunuh banyak etnis Indian selaku pribumi.

Peristiwa yang diklaim bernuansa rasis paling terakhir, terjadi pada Selasa, 16 Maret 2021, ketika delapan wanita di tiga spa di Kota Atlanta, Negara Bagian Georgia, dibunuh oleh seorang pemuda kulit putih, Robert Aaron Long, (21). Empat di antaranya berasal dari Korea.

Baca Juga: Prihatin Nasib Warga Asia-Amerika, Biden: Rasisme Tersembunyi di Depan Mata

Baca Juga: AS Diledek Pelit: Delegasi China Makan Mie Instan

Baca Juga: Pertemuan AS-China Berakhir Emosional, Tiongkok: Jangan Cekik Kami!

Penembakan di kawasan bisnis yang mayoritas dimiliki orang Asia, sekitar 50 kilometer dari pinggiran Kota Cherokee County, juga dialami sejumlah warga di kawasan tersebut, namun mereka selamat.

Penyelidik menyatakan, Long berdalih membunuh tanpa motif rasial. Dia memiliki kecanduan seks sehingga membunuh sumber godaan. Kendati begitu, pihak kepolisian masih berupaya menentukan motif yang sebenarnya, termasuk apakah serangan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kejahatan rasial. 

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Minggu, 21 Maret 2021, ratusan warga beragam ras pada hari Minggu pagi ini, berkumpul di Liberty Plaza, sebuah taman di seberang kompleks Capitol Negara Bagian Georgia untuk menuntut keadilan bagi para korban penembakan. 

Mereka mengecam rasisme, xenofobia, dan kebencian terhadap wanita sambil melambaikan tangan dan bersorak untuk para pembicara yang bergantian tampil. Di antaranya, wakil rakyat perwakilan Georgia yakni Bee Nguyen, orang Vietnam-Amerika pertama yang duduk di Georgia House. 

Pada 2020, Parlemen Georgia mengesahkan undang-undang kejahatan terkait kebencian sehingga memungkinkan hukuman tambahan untuk pelanggaran tertentu, jika dimotivasi oleh ras, warna kulit, agama, asal negara, jenis kelamin, orientasi seksual atau kecacatan korban. Kejahatan rasial bukanlah kejahatan yang berdiri sendiri di bawah hukum, tetapi dapat digunakan untuk menambah hukuman setelah seseorang dihukum karena kejahatan lain.

“Tidak peduli bagaimana Anda ingin memutarnya, faktanya tetap sama. Ini adalah serangan terhadap komunitas Asia, ” kecam Nguyen yang sering menjadi pendukung wanita dan komunitas kulit berwarna.

Nguyen mencatat, penembak menargetkan bisnis yang dioperasikan oleh wanita keturunan Asia. “Mari bergandengan tangan dengan komunitas kita dan menuntut keadilan. Tidak hanya bagi para korban ini, tetapi juga untuk semua korban supremasi kulit putih,” katanya. 

Ratusan warga lain berkumpul di taman terpisah di jantung pusat Atlanta. Mereka berbaris di jalan-jalan untuk bergabung dalam rapat umum yang massanya berjumlah lebih besar. Mereka meneriakkan slogan-slogan, seperti:  'Hentikan kebencian Asia' dan 'Kami adalah seperti apa adanya, Amerika!' 

Frankie Laguna (23)  yang dibesarkan di Atlanta dan tinggal di Tennessee, adalah pengurus grup itu. Di hadapan massa, Frankie menyatakan bahwa dia adalah orang pertama di keluarganya yang lahir di AS setelah ibunya datang dari Taiwan. 

“Saya muak diremehkan dan dihiperseksualkan serta dibenci, karena siapa saya, sesuatu yang tidak dapat saya ubah,” katanya saat kelompok itu mulai berbaris menuju Capitol. 

Frankie juga berpartisipasi dalam protes pada musim panas lalu yang melawan ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi. “Saya lelah harus berada di sini setiap tahun untuk bertarung dalam pertarungan yang sama,” katanya. 

Bernard Dong (24), seorang mahasiswa asal China di Georgia Tech, menyatakan bahwa dia menghadiri protes di seberang Capitol untuk menuntut hak, tidak hanya untuk orang Asia, melainkan untuk semua minoritas.  “Seringkali orang Asia terlalu pendiam, tapi waktu berubah,” ujarnya. 

Dong menyatakan 'marah dan muak' atas peristiwa penembakan dan kekerasan yang berlanjut pada 2021 terhadap orang Asia, minoritas, dan wanita. 

Otis Wilson (38), seorang fotografer kulit hitam menyatakan bahwa semua orang harus mengakui adanya diskriminasi terhadap keturunan Asia di AS. “Komunitas kulit hitam mengalami ini tahun lalu, dan kami bukan satu-satunya yang mengalami ini,” katanya. 

Camden Hunt (28), seorang wanita kulit hitam menyatakan bahwa dia pertama kali terlibat dalam aktivitas seperti ini di negara asalnya, Baltimore. Dia sempat  menghadiri protes atas kematian Freddie Grey, pria kulit hitam yang menderita patah leher di tahanan polisi di Baltimore pada 2015, dan memicu kerusuhan dan protes tahun itu.

Dia pindah ke Atlanta empat tahun lalu, dan terlibat dalam pengorganisasian komunitas sejak musim panas lalu, kemudian  mengadakan acara-acara untuk mendukung wanita kulit hitam korban kekerasan polisi.

Hunt datang ke rapat umum pada Sabtu untuk 'menunjukkan solidaritas Kulit Hitam dan Asia'. Hunt berkata bahwa dia tersentuh oleh kerumunan orang yang beragam: "Saya pikir, itu luar biasa. Saya melihat keluar, dan saya melihat orang-orang dari semua warna kulit, usia, dan latar belakang. " 

Di Kota San Francisco, ratusan orang berkumpul di Portsmouth Square, taman di tengah Chinatown. Mereka menyatakan perasaan duka kepada para korban dan menyerukan diakhirinya kekerasan rasis serta seksisme terhadap orang Asia-Amerika. 

Para peserta melambaikan tanda bertuliskan: 'Hentikan kebencian Asia.'*** 

 

Sumber: The Associated Press 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah