ANCHORAGE, ALASKA, KALBAR TERKINI - Saling mengecam dan saling serang telah menandai akhir dari pertemuan delegasi AS dan China di Kota Anchorage, Negara Bagian Alaska, Jumat, 19 Maret 2021 atau Sabtu, 20 Maret 2021 waktu Indonesia.
Seperti yang diprediksi kalangan analisis, pertemuan itu ibarat 'api dalam sekam': terkena percikan api sekalipun langsung terbakar. Tak heran jika akumulasi dari menahan emosi di kalangan petinggi kedua negara selama ini, akhirnya meledak selama dua hari pertemuan yang berakhir pada Jumat.
Parahnya lagi, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari Global Times, Jumat, 19 Maret 2021, pertemuan hari pertama pada Kamis, 18 Maret 2021, diwarnai aksi meledek China lewat berlayarnya Nanchang, kapal perusak besar Type 055 kelas 10.000 ton pertamanya melalui Selat Tsushima, menuju ke Laut Jepang. Pelayaran ini terjadi hanya beberapa hari setelah AS lewat Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony J Blinden bertemu dengan mitranya di Jepang, dan sepakat menyebut China sebagai ancaman.
Baca Juga: Prihatin Nasib Warga Asia-Amerika, Biden: Rasisme Tersembunyi di Depan Mata
Baca Juga: Kapal Perusak China Menuju Jepang, Pengamat: AS dan Sekutu Ancaman Kecil
Baca Juga: Pembantaian di AS Meningkat, Biden Dianggap Nafikan Warga Asia-Amerika
Dilansir dari The Associated Press, Sabtu pagi ini, para pejabat tinggi AS dan China menyelesaikan pembicaraan kontroversial selama dua hari setelah kedua belah pihak saling bersitegang. menggelar berbagai fakta atas dasar pandangan yang saling berbeda satu sama lain lewat pertemuan delegasi resmi kedua negara sejak Presiden Joe Biden mulai menjabat sebagai Presiden AS.
Kedua belah pihak menyelesaikan pertemuan setelah sesi pembukaan dengan saling menyerang di depan umum. AS menuduh delegasi China 'sombong', dan sebaliknya Beijing membalas bahwa ada 'bau kuat dari bubuk mesiu dan drama, yang sepenuhnya merupakan kesalahan AS.
Pertemuan di Anchorage adalah ujian baru dalam hubungan yang semakin bermasalah antara kedua negara, yang berselisih tentang berbagai masalah: mulai dari perdagangan hingga hak asasi manusia di Tibet, Hong Kong dan wilayah Xinjiang barat China, serta tentang Taiwan, sikap tegas China di Laut Cina Selatan, dan pandemi virus korona.