Tewas di Warung
Masih pada Senin di Myingyan. Suara-suara tembakan menggelegar di jalanan. Hla Soe (56) pun tergesa-gesa menutup warungnya. Toh takdir mengharuskan wanita ini tewas oleh sebutir peluru yang menerjang tubuhnya.
Warga sekitar pun berduka. Betapa tidak, Soe dikenal sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik. Dia tak pernah ikut berdemo, selain rajin menunggui warung kelontongnya, serta begitu welas asih mengurus suami dan puteranya yang masih berusia tiga tahun, suatu anugerah Allah kala usianya sudah memasuki senja.
"Hla Soe tidak ikut dalam protes. Dia seorang pedagang, dan ditembak ketika mencoba menutup jendela warungnya," kata seorang penduduk setempat.
Sebanyak 20 warga Myanmar tewas pada Senin dan Selasa kemarin. Jumlah ini sudah termasuk enam warga di Myingyan: Hla Soe (56), Yan Myo Aung (16), Aung Myo Zaw (17) dan Tun Ye Naing (18). Yadanar Htoon (20), dan Kyaw Saw (26).
Hari itu, polisi dan tentara membabi-buta memberondong setiap kendaraan yang bolak-balik membawa korban dari kalangan pengunjuk rasa. Warga yang rumahnya menampung para korban pun tak luput dari tembakan.
Tiga dari enam warga ini pun tewas pada Senin sore, dan seorang lainnya meninggal pada malam hari di sebuah klinik luar ruang darurat, tempat para dokter yang mogok dari rumah sakit pemerintah, merawat para pengunjuk rasa yang terluka.
Dua korban tewas ditambahkan ke daftar korban di malam hari pada Senin, ketika pasukan junta menyuruh anggota keluarga mereka untuk datang, dan mengambil jenazah dari Rumah Sakit Myingyan.
"Saya rasa, dua orang terluka yang dibawa militer ke rumah sakit, meninggal di tempat," kata seorang dokter kepada Myanmar Now. “Satu ditembak di kepala, satunya lagi ditembak di sisi kiri dada."
Rumah Sakit Myingyan telah ditutup karena staf medisnya bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil. "Rumah sakit ini sudah diambil alih oleh polisi dan tentara," tambah dokter tersebut.