KALBAR TERKINI - Maskapai asal Australia Qantas mengkonfirmasi penghentian sementara semua rute penerbangan internasional.
Keputusan ini diambil setelah maskapai tersebut mengalami penurunan cukup signifikan hingga 5,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp. 77,5 triliun pada semester kedua 2020.
Penghentian penerbangan internasional tersebut diputuskan hingga Oktober 2021 mendatang.
Baca Juga: Rudal Iskander Bunuh 94 Warga Sipil, Azerbaijan Seret Armenia ke Pengadilan Internasional
Maskapai terbesar di Negeri Kanguru itu menyampaikan perusahaannya mengalami kerugian sebesar 1,1 miliar dolar AU dalam enam bulan hingga 31 Desember 2020. Jumlah itu mencatatkan kerugian naik menjadi 1,47 miliar AU.
"Angka-angka ini mencolok, tetapi tidak akan mengejutkan," ujar CEO Qantas Alan Joyce, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari AFP, Kamis, 25 Februari 2021.
"Setahun lalu, tidak ada dari kami yang tahu seberapa besar dampak Covid pada dunia, atau penerbangan. Ini jelas lebih buruk dari yang diperkirakan siapa pun," ucapnya.
Baca Juga: Militer Lawan 'Ramaikan' LCS, Rudal Jelajah anti-Kapal Tiongkok Siap Tembak!
Dia menambahkan penutupan perbatasan akibat Covid-19 membuat Qantas kehilangan 100 persen penerbangan internasional dan 70 persen penerbangan domestik.
Joyce mencatat bahwa perusahaannya telah mengalami penurunan pendapatan 4 miliar dolar AU selama paruh pertama tahun 2020, sehingga total dampak pandemi menjadi 11 miliar dolar AU.
"Itu jumlah yang sangat besar, mungkin jumlah yang lebih besar daripada yang dialami perusahaan lain di Australia karena Covid," katanya dalam konferensi pers.
Baca Juga: Gagal, Upaya Ratusan Intelijen Asing Curi Data Rusia
Joyce menunda dimulainya kembali penerbangan penumpang internasional yang diharapkan dari Juli hingga akhir Oktober 2020.
Tetapi dia mengatakan biaya mempertahankan pesawat-pesawat itu sebagian besar diimbangi oleh peningkatan operasi kargo.
Qantas telah membukukan kerugian 1,9 miliar dolar AS untuk tahun yang berakhir pada 30 Juni karena pandemi virus corona mencengkeram ekonomi global.
Baca Juga: Narkoba 23 Ton Pakistan Disita di Belanda dan Jerman
Joyce mengatakan total 8.500 staf akan kehilangan pekerjaan mereka karena krisis, dan 7.500 lainnya akan tetap ditangguhkan hingga dimulainya kembali penerbangan internasional.
Sekitar 100 pesawat juga telah dihentikan terbang sebagai bagian dari upaya pemangkasan biaya dan restrukturisasi sebesar 10 miliar dolar AU.***