Jual Senjata ke Myanmar, Pengamat China: Wajar Tentara Beli Senjata, 'kan' Menjaga Keamanan Nasional

- 20 Februari 2021, 00:27 WIB
PROTES -  Sebuah kendaraan lapis baja terlihat di jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Minggu, 14 Februari 2021/REUTERS/
PROTES - Sebuah kendaraan lapis baja terlihat di jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Minggu, 14 Februari 2021/REUTERS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Baca Juga: Diduga Mata-mata Musuh, Warga Korut Ditangkap di Zona Demiliterisasi

Sedangkan raksasa luar angkasa China, Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) diklaim sebagai pendukung utama Myanmar dan telah mempasok amunisi. Laporan itu juga menyebutkan, perusahaan dari India, Israel, Rusia dan Singapura menyediakan pula senjata dan bahan terkait ke Myanmar. 

Menurut Global Times, laporan semacam itu kemudian ditafsirkan oleh beberapa media anti-China di luar negeri sebagai 'bukti dukungan China untuk junta'. Padahal, Duta Besar China untuk Myanmar, Chen Hai dalam sebuah wawancara dengan media lokal Myanmar pada Selasa,  16 Februari 2021, sudah menyatakan bahwa pihaknya memelihara persahabatan yang baik dengan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi. 

Hubungan yang baik dijalin pula dengan pihak  Tatmadaw, Angkatan Bersama Myanmar. "Jadi, perkembangan saat ini di Myanmar, sama sekali bukan yang ingin dilihat China," tegas Chen. 

“Kami berharap semua pihak di Myanmar menangani perbedaan dengan baik, sesuai kerangka konstitusi dan hukum, serta menjaga stabilitas politik dan sosial,” lanjut Dubes China. 

Baca Juga: Nord Stream II Dibayangi Sanksi AS ke Rusia, Jubir Kremlin: 'Pake' Akal Sehatlah!

Sementara Fan Hongwei, Direktur Pusat Studi Asia Tenggara di Universitas Xiamen, China, menyatakan bahwa Tatmadaw sangat berperan penting dalam politik negara. Sebagai satu-satunya militer resmi di Myanmar, Tatmadaw dinilainya bertanggung jawab untuk menjaga kemandirian dan keamanan nasionalnya.  

"Karena itu, wajar dan normal bagi mereka untuk membeli senjata China, dan bekerja sama dengan perusahaan China," tegasnya. 

Menurutnya, Myanmar selama ini menjalin pula kerjasama militer dengan banyak negara termasuk Rusia, Ukraina, China. dan India. Karena itu, merupakan 'kejahatan yang dipaksakan' , jika menuduh bahwa kerjasama militer tersebut merupakan bentuk dukungan China untuk kudeta militer di Myanmar. 

"Ada banyak kelompok masyarakat sipil di Myanmar yang menerima dana dan pelatihan dari Barat. Ini bukan rahasia," kata Fan.*** 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x