AS tak Hentikan Kebijakan Hegemoniknya, Jubir Kremlin: Rusia pun tak Berniat Jadi Bawahan!

17 Juni 2022, 14:16 WIB
Dua warga AS yang hilang di Ukraina dikhawatirkan telah ditangkap oleh Rusia. /REUTERS/Vyacheslav Madiyevskyy/ REUTERS/Vyacheslav Madiyevskyy


KALBAR TERKINI - Rusia menegaskan bahwa Krisis Ukraina akan berakhir jika AS menghentikan kebijakan hegemoninya dalam urusan dunia.

Karena AS bersikeras mempertahankan kebijakan hegemoniknya maka Rusia tak mau tunduk ke AS.

Rusia tak mau tunduk kepada negara mana saja. “Rusia tidak mau, tidak bisa, dan tidak berniat menjadi bawahan siapa pun," tegas juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Baca Juga: Rusia Diberi Peran Sekunder, Timofeev: Sekarang Barat Rasakan Konsekuensinya!

Kepada kantor berita RIA Novosti, dilansir Kalbar-Terkini.com dari Russia Today, Kamis, 16 Juni, Peskov menekankan, 'Rusia tidak akan tunduk dalam arti apa pun'.

“Ketika [AS mengakui] bahwa mereka hanya dapat berbicara dengan Rusia berdasarkan saling menguntungkan dan saling menghormati, saatnya akan tiba untuk merencanakan kontak lebih lanjut.” tambahnya.

Menurut Peskov, AS sekarang ini mengambil langkah bermusuhan terhadap Rusia yang lebih buruk ketimbang selama Perang Dingin.

Baca Juga: Pedesaan Rusia Diserang, Vladimir Putin Caplok Kiev jika Serangan Ukraina Berkelanjutan!

Namun, menurut Peskov, Washington melukai dirinya sendiri dalam proses tersebut, dan pada akhirnya harus mengakui kepentingan sah Moskow.

“Kami bahkan tidak mendekati puncak krisis,” lanjut Peskov terkait kemungkinan kerusakan ekonomi akibat konfrontasi Barat versus Rusia.

“Atau lebih tepatnya, mereka belum. Kami berada dalam kondisi yang lebih stabil, berkat ekonomi makro, lewat tindakan yang diambil oleh pemerintah," tambahnya.

Baca Juga: Rusia Ditinggalkan Banyak Jutawannya: Sinyal Merah Perekonomian Moskow?

Peskov percaya bahwa jumlah tekanan saat ini ke Rusia, belum pernah terjadi sebelumnya.

"Tidak ada hal semacam itu yang dilakukan, bahkan selama Perang Dingin, atau ke negara lain mana pun di Bumi," tegasnya.

Menurut Peskov, AS dan sekutunya berusaha untuk 'mencekik' Rusia dengan pembatasan mereka.

"Sanksi anti-Rusia jelas menciptakan masalah bagi kami," ujarnya.

Baca Juga: Rusia Ditinggalkan Banyak Jutawannya: Sinyal Merah Perekonomian Moskow?

"Tetapi dalam jangka panjang, mereka akan menyebabkan masalah yang sama seriusnya bagi negara-negara yang mengadopsi sanksi itu," prediksi Peskov.

“Orang-orang Eropa telah merasakannya lebih dari yang Amerika rasakan sejauh ini," tambah Peskov.

"Tetapi, beban ekonomi untuk memusuhi Rusia akan meningkat untuk mereka semua,” lanjutnya.

Peskov menekankan bahwa masalah tersebut hanya sebagian terasa oleh Rusia oleh krisis Ukraina, dan justru para pemimpin Barat berkontribusi ke Ukraina lewat serangkaian kesalahan selama beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Laut Hitam Diblokade Rusia, 1,7 Miliar Orang Terancam Kelaparan!

Jika AS melindungi kepentingan sekaligus menghormati keprihatinan dan kepentingan Rusia, maka akan ada komunikasi dalam beberapa bentuk.

Juru bicara Kremlin ini memperkirakan bakal terjadi lonjakan Russophobia di AS selama pemilihan paruh waktu mendatang di negara tersebut.

"Permusuhan terhadap Moskow adalah 'alat kebijakan domestik AS', dan memainkan perannya dalam 'mungkin sepuluh siklus pemilihan sebelumnya' di negara itu," katanya.

Peskov menolak mengomentari kinerja Joe Biden sebagai Presiden AS, atau apakah Biden bermaksud mencalonkan diri kembali dalam Pilpres AS 2024.

Menurut Peskov, bukan tugas Rusia untuk menilai para pemimpin asing.

“Bisnis kami adalah langkah-langkah bermusuhan yang diambil terhadap negara kami. Kami akan melawan mereka, ”katanya.***

Sumber: Russia Today

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Russia Today

Tags

Terkini

Terpopuler