KONTROVERSI Dibalik Penyebaran Cacar Monyet di Eropa dan Amerika, Sejumlah Pihak Mulai Buka Suara

21 Mei 2022, 18:42 WIB
Ilustrasi penyakit cacar monyet. /CDC/via REUTERS

KALBAR TERKINI - Wabah cacar monyet banyak menyebar di Eropa dan Amerika.

Badan kesehatan beberapa negara menyebut bahwa infeksi cacar monyet ini banyak menginfeksi kaum gay dan biseksual.

Ungkapan tersebut nyatanya menimbulkan kekhawatiran bagi komunitas LGBTQ di Montreal.

Kekhawatiran ini muncul lantaran risiko cap penyakit LGBTQ yang melekat pada cacar monyet.

Bagi Direktur eksekutif Pusat LGBTQ2+ Pulau Barat Montreal, David Hawkins, hal ini mengingatkannya pada stigma AIDS.

Baca Juga: Cacar Monyet Jadi Wabah Terbesar di Eropa, Kemenkes Perkuat Pintu Masuk RI

"Bertahun-tahun kemudian, AIDS masih dilihat sebagai penyakit gay, dan hal-hal seperti itu yang masih disebut orang sebagai alasan larangan darah bagi pria yang berhubungan seks dengan pria untuk mendonorkan darah.

Kami masih melawan itu," kata Hawkins dikutip dari CBC.

Risiko dan ketakutan bahwa ini akan digunakan untuk menstigmatisasi komunitas LGBTQ2+ lebih jauh.

Mengutip Telegraph, pejabat kesehatan mengungkapkan proporsi jumlah kasus Inggris dan Eropa terjadi pada pria gay dan biseksual.

Baca Juga: PENJELASAN LENGKAP CACAR MONYET! Perbedaan dengan Cacar Air, Penyebab, Pencegahan dan Cara Mengatasinya

Susan Hopkins, dokter dan kepala medis Badan Keamanan Kesehatan Inggris, mengatakan kasus terbaru, di samping infeksi lain yang dilaporkan di Eropa, menegaskan kekhawatiran awal bahwa mungkin ada penyebaran cacar monyet di dalam komunitas.

Badan keamanan Kesehatan Inggris tersebut mengatakan kasus baru-baru ini telah terlihat terutama pada gay, biseksual atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.

Réjean Thomas, dokter dariClinique médicale l'Actuel, sebuah klinik di desa gay Montreal yang mengkhususkan diri dalam merawat orang dengan HIV dan penyakit menular seksual lainnya, mengungkapkan bahwa dia melihat hingga enam pasien dengan gejala yang berhubungan dengan monkeypox.

Dia melihat gejala seperti lesi pada alat kelamin pasiennya, dalam dua minggu terakhir.

"Penyakit itu tidak berbahaya, setidaknya bentuk yang kita lihat di sini, tidak terlihat parah," katanya.

Thomas menekankan bahwa setiap orang berisiko terkena cacar monyet, dan hanya karena itu terutama beredar di komunitas LGBTQ, itu tidak berarti itu akan tetap ada atau itu adalah "penyakit gay."

"Kemungkinan itu kebetulan ada di komunitas gay," katanya.

Hal ini juga diungkapkan oleh dokter Theresa Tam, kepala petugas kesehatan masyarakat Kanada.

Dia mengingatkan untuk tak mengaitkan penyakit cacar monyet dengan satu kelompok tertentu.

"Tentu saja kami akan memberikan dukungan dan informasi, tetapi saya pikir kita harus memahami bahwa (penularan melalui) kontak dekat dan itu bisa terjadi dengan cara yang berbeda", jelasnya.***

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: CBC

Tags

Terkini

Terpopuler