MIRIS, Gadis – Gadis di Kenya Mengalami Eksploitasi Seksual Karena Kekurangan Air

10 Mei 2022, 07:57 WIB
Alami kekeringan yang panjang beberapa negara Afrika mengalami kelaparan tingkat tinggi /Pixabay/

KALBAR TERKINI - Anak perempuan berisiko mengalami eksploitasi seksual, pernikahan anak dan pelanggaran hak lainnya karena komunitas di Tanduk Afrika karena menghadapi salah satu kekeringan paling parah dalam lebih dari 30 tahun.

Sejak awal tahun pemerintah Kenya menyatakan kekeringan saat ini yang mempengaruhi beberapa bagian negara itu sebagai bencana nasional, dengan kabupaten Kilifi disebut sebagai salah satu komunitas yang terkena dampak terburuk.

Kurangnya padang rumput telah membunuh ribuan ternak dan menyebabkan sekitar 2,1 juta orang Kenya bergulat dengan kelaparan dan kelangkaan air, sebuah masalah yang biasanya mempengaruhi anak perempuan dan para perempuan secara tidak proporsional.

Baca Juga: Laporan FAO : Krisis Kelaparan Meningkat Menjadi 193 juta, Apakah Akibat Perang?

Untuk anak perempuan dan perempuan yang berjuang untuk mengatasi kekeringan, banyak yang menggunakan taktik bertahan hidup yang ekstrim seperti makan lebih sedikit atau menjual seks untuk makanan atau uang.

Tahun ini adalah tahun terberat bagi anak perempuan karena kekurangan air dan makanan membuat beberapa anak perempuan menawarkan aktivitas seksual dengan imbalan pembalut, makanan, dan air bersih.

Lebih dari 13 juta orang di Ethiopia, Kenya dan Somalia bangun setiap hari untuk menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi dan kekurangan air yang parah setelah tiga musim hujan yang gagal berturut-turut.

Hilangnya nyawa dalam skala yang besar sekarang menjadi risiko nyata, keluarga menggunakan langkah-langkah putus asa untuk bertahan hidup, dengan anak-anak perempuan yang paling terpukul.

Baca Juga: Dampak Perang Ukraina: Rusia Menghentikan Pasokan Gas ke Polandia dan Bulgaria, Negara Eropa Lain Mulai Panik?

Lembaga Plan International menanggapi krisis di lima negara yang terkena dampak terburuk.

Stephen Omollo, CEO Plan International, menyatakan kekeringan ini dan konsekuensi yang diakibatkannya datang ketika banyak keluarga dan masyarakat berjuang untuk pulih dari dampak krisis sebelumnya.

Baik itu pandemi COVID-19, konflik berkelanjutan, atau belalang gurun.

Ini semua menciptakan kebutuhan kemanusiaan yang besar di wilayah yang telah menderita goncangan demi goncangan, selama beberapa tahun.

Di beberapa komunitas, pernikahan anak sedang meningkat karena lebih banyak keluarga terpaksa menikahi anak perempuan mereka untuk mendapatkan pembayaran mas kawin dan mengurangi tekanan pada sumber daya rumah tangga.

Di komunitas lain, karena keluarga harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk bekerja atau mendapatkan makanan, orang tua telah berhenti menyekolahkan anak perempuan.

Sehingga mereka dapat membantu dengan tanggung jawab rumah tangga, baik mengurus keluarga atau mengirim mereka untuk pergi mencari makanan, air atau pekerjaan.

Hal ini, pada gilirannya, telah menempatkan anak perempuan dan perempuan muda pada risiko yang lebih besar terhadap kekerasan seksual, eksploitasi, dan pelecehan.

***

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler