hal yg membuat Sri dan Dini tidak bisa berhenti melihat hal itu, mereka seakan ngeri dengan pemandangan itu.
Dela berdiri persis disamping mbah Tamin, senyumanya, menjadi pembuka dari sambutan yg tidak pernah Sri bayangkan.
Sugik melangkah keluar, membuka pintu mobil, Sri dan Dini, ikut keluar, meski dengan langkah ragu.
mereka mendekati mbah Tamin dan Dela, yg sejak tadi, menatap kedatangan mereka.
"Mbak Sri ya" kata Dela, suaranya layaknya seperti gadis muda lainya,"Maturnuwun purun nerima kerjaan niki ngih mbak" (terimakasih sudah mau menerima pekerjaan ini).
Sri hanya menyambut tangan Dela, ia masih bisa melihat luka borok, dan perut buncitnya.
tidak ada yg berubah dari penampilan fisiknya yg membuat siapapun tidak akan sanggup melihatnya.
Setelah melihat Sri dengan tatapan sumringahnya, Dela beralih pada Dini, ia melakukan hal yg sama.