Sri baru menyadari, Dini tidak ada di belakangnya, entah kemana, ia mengikuti mbah Tamin, menelusuri setapak demi setapak dan melihat banyak ruangan tanpa pintu.
Kamar Sri hanya ruangan kecil, dengan beberapa perabot tua, ia tidak lagi sekamar dengan Dini, hanya ada jendela yg di tutup oleh Gorden, disana, mbah Tamin mengatakanya.
"Kalau sudah jam 12, pintu kamarmu jangan dibuka, jangan sampai kamu membukanya, ingat pesanku ini" tegas mbah Tamin, lalu ia pergi.
Sri membuka gorden di jendelanya, ia bisa merasakan, bahwa keberadaanya disini, tidak ada bedanya dengan keberadaanya di alas itu.
entah kenapa, tempat ini sama saja, seperti memintanya menguak apa yg ada disini.
Sebelum, ia melihat Dela, baru saja melewati kamarnya, menatapnya lalu menghilang.
Dengan senyuman yg memancing keingintahuan.
Sri sudah mengunci pintu kamar dan jendelanya, kini, ia berbaring di atas kasur tua, yg setiap ia bergerak mengeluarkan suara tidak mengenakan.
hanya dengan menatap cahaya lilin di meja, Sri merasa ia aman.
selebihnya, ia terjaga, tidak bisa tidur dengan pertanyaan dipikiranya.