“Saya bilang kita mau sedekah, mereka mau cari nafkah warung kecil sempat.
Kita mau mencari pahala cari barokah, mereka mau cari uang buat anak sekolah, kalau mereka jual 10 ribu, kita disampingnya jual Rp 3 ribu yang dapat bukan barokah tapi sumpah serapah karena tak bisa bersaing dengan kita,” jelasnya.
Baca Juga: Update Daftar Provinsi yang Mulai Bulan Ini Berikan Pemutihan Pajak Kendaraan 2023
Jusuf memberdayakan warung setempat untuk membantu dan memajukan usaha milik masyarakat sehingga seluruh pihak mendapatkan berkah.
“Saya beli nasi kuning Rp 10.000, saya jual Rp 3.000 secara matematika orang bilang rugi, saya bilang untung,” tutur dia seperti dikutip dari akun Youtube Be a Billionaire ID.
Jusuf Hamka menceritakan kenapa tidak memberikan nasi kuning tersebut gratis dan memilih hanya jual Rp 3.000, lantaran tidak ingin memonopoli sedekah dan pahala.
“Kalau saya kasih gratis, saya memonopoli sedekah itu dan monopoli pahala itu, tapi kalau saya jual Rp 3.000, saudara-saudara yang biasa makan Rp 10 ribu, dia bisa makan Rp 3 ribu, bisa sedekah orang lain yang di bawah dia Rp 3.000.
Save Rp 4.000, jadi bukan bisnis saja yang tidak boleh dimonopoli, sedekah juga tidak boleh dimonopoli, pahala juga tidak boleh dimonopoli,” tambah Jusuf Hakma.