KALBAR TERKINI - Rasisme di AS bukan isapan jempol. Hal ini sudah terbukti lewat berbagai kasus bahkan pembunuhan dalam setahun terakhir. Tapi, sangat mengejutkan ketika pernyataan rasisme datang dari Nikuyah Walker, Wali Kota Charlottesville, kota yang didominasi kaum kulit putih, di Negara Bagian Virginia.
Pernyataan ini diposting lewat Twitter dan Facebook-nya. Kota itu sendiri pada masa lalu, merupakan tempat tinggal Thomas Jefferson, Presiden AS ketiga, yang mempekerjakan banyak budak kulit hitam.
Selama ratusan tahun hingga kini, beredar cerita rahasia di Charlottesville: seorang wanita kulit hitam bernama Sally Hemings, telah melahirkan anak-anak Jefferson, hasil hubungan gelap antara majikan dan budak.
Warga AS kulit putih dari ras Eropa sendiri, sebenarnya adalah imigran, kolonialis yang membunuh jutaan pribumi Amerika: Indian. Pada pergantian abad ini, dari beberapa juta warga Indian, tersisa 300 ribu lebih jiwa.
Baca Juga: Bantai 10 Warga AS, Alissa ternyata Imigran Suriah
Baca Juga: Pembunuh di Colorado Gunakan AR-15, Inilah Senjata paling Favorit di AS.
Baca Juga: Dibantai Superior Kulit Putih, Orang Indian Tersisa 238 dari 5 Juta Jiwa
Ironisnya, ratusan tahun kemudian, warga kulit mengklaim superior, melakukan ujaran kebencian atau tindaka rasis secara fisik, terutama kepada warga Afrika-Amerika dan Asia-Amerika. Padahal, orang Asia dan Afrika, jauh sebelum AS terbentuk, sama-sama mencari makan di negeri baru itu.
Adapun pernyataan Walker ini, sama saja dengan menggali luka lama AS, sebagai negara pelanggar HAM paling besar di dunia oleh kelakuan rasus banyak oknum kulit putih, kelompok imigran yang lupa diri alias pendatang, yang pada abad ke-20 ini, tanpa malu mengklaim diri sebagai 'orang Amerika asli'.