KALBAR TERKINI - Ratusan tahun silam, orang-orang kulit putih alias bule kerap berpiknik di sekitar lokasi hukuman gantung terhadap orang Indian, pribumi Benua Amerika. Sambil mengunyah roti berlapis daging babi,ayam atau keju, banyak di antara mereka yang tersenyum-senyum atau tertawa cekikikan, saban ada orang Indian yang terpaksa melawan bule demi mempertahankan tanahnya, tercekik lehernya hingga mati oleh tali.
Pada akhir abad, hanya 238 ribu orang Indian yang tersisa dari total lima juta setelah dibunuh oleh kulit putih. Pada November 1814, Jenderal Andrew Jackson dari AS membantai 186 anak Indian Creek di Fort Mims."Kami menembak mereka seperti anjing!" katanya.
Abad demi abad pun terus berlalu. Dan kini, sebagian oknum bule di Amerika, yang sudah menjadi negara besar bernama Amerika Serikat (AS), kembali kerasukan, seperti leluhurnya: rasis! Aksi oleh banyak bule ini kian marak sejak 2020.
Baca Juga: Terlanjur Muak, Warga berbagai Ras di AS Berdemo anti-Rasisme
Baca Juga: Prihatin Nasib Warga Asia-Amerika, Biden: Rasisme Tersembunyi di Depan Mata
Baca Juga: Kecam Anti-Asia di Amerika, Rihanna: Saya Merasa Sedih untuk Komunitas Asia
Setelah capek menganiaya warga kulit hitam alias Afro-Amerika, sasaran berganti: warga Asia-Amerika. Kaum rasis ini seakan buta akan sejarah mereka sendiri: tak sedikit leluhurnya yang kelaparan sehingga mencari negeri baru: Benua Amerika. Mereka berdatangan dari negara-negara Eropa, dan...membantai jutaan pribumi: Indian, sejak rombongan kulit putih pertama kali menjejakkan kaki di Amerika pimpinan Kristoforus Kolumbus.
Kolombus, pedagang asal Genoa, Italia, menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai ke Amerika pada 12 Oktober 1492. Perjalanan tersebut didanai oleh Ratu Spanyol, Isabella dari Kastilia setelah sang ratu berhasil menaklukkan Andalusia. ujuannya yang sebenarnya adalah India di Asia, suatu negeri makmur untuk berniaga. Ketika tiba di Amerika, benua itu disangkanya tanah India. Nama India pun diberikan ke benua tersebut yang dalam perkembangannya berubah menjadi Indian.
Sejak itulah, berdatangan orang-orang dari berbagai negara di Eropa, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari History, 2 Maret 2018.