Julaibib menerima hidayah, dan dia berada di barisan terdepan dalam salat maupun jihad.
Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, namun tidak demikian dengan Rasulullah SAW, sang rahmat bagi semesta alam.
Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Rasulullah.
"Julaibib…", begitu lembut beliau SAW memanggil, "Tidakkah engkau menikah?"
"Siapakah orangnya yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini Ya Rasulallah?" kata Julaibib tersenyum.
Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya.
Rasulullah SAW juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan pada Julaibib.
Namun, hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah kembali menanyakan hal sama.
"Julaibib, tidakkah engkau menikah?". Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali, tiga hari berturut-turut.
Dan pada hari ketiga itulah, Rasulullah memegang lengan Julaibib dan membawanya ke salah satu rumah pemimpin Anshar.