Alkitab Kanaan Ditemukan, Berusia 3.500 Tahun

- 18 April 2021, 15:27 WIB
ALKITAB  KANAAN - Israel menemukan prasasti berusia 3.500 tahun dari Alkitab Kanaan  di situs  wilayah Shephelah, Israel tengah selatan./FOTO: TRACING TRANSFORMATIONS /TEKS
ALKITAB KANAAN - Israel menemukan prasasti berusia 3.500 tahun dari Alkitab Kanaan di situs wilayah Shephelah, Israel tengah selatan./FOTO: TRACING TRANSFORMATIONS /TEKS /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Israel menemukan prasasti berusia 3.500 tahun dari Alkitab Kanaan. Tulisan dan  kombinasi enam huruf di dua baris berbeda, ditampilkan di pecahan tembikar yang ditemukan di situs  wilayah Shephelah, Israel tengah selatan.

Penemuan artefak  pada 2018 ini baru saja dipublikan setelah digali oleh Institut Arkeologi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria. “Penggalian kami dimulai pada 2017,” kata Dr. Felix Hoflmayer,  penulis utama makalah dan wakil direktur penggalian di Tel Lachish.  

"Kami telah mencari urutan radiokarbon untuk transisi dari Pertengahan ke Zaman Perunggu Akhir," lanjutnya sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Jerusalem Post,  Sabtu, 17 April 2021.

Baca Juga: Diklaim Lebih Murah dan Efektif, Peneliti Jepang Kembangkan Vaksin Corona Berbentuk Plester

Baca Juga: Pesepakbola Muda Kalbar Lolos Seleksi Timnas , Asprov PSSI Kalbar Dampingi Faris Althof ke Jakarta

Baca Juga: Ramadhan, Facebook Kampanye Global #MonthofGood

Tel Lachish adalah salah satu situs arkeologi terpenting di Israel. Selama periode itu - sekitar pertengahan milenium ke-2 SM - Tel Lachish  adalah pusat orang Kanaan. Kota ini juga disebutkan beberapa kali dalam Alkitab.

Menurut Kitab Yoshua, orang Israel menghancurkannya saat menaklukkan Tanah Israel pada akhir pengembaraannya di padang gurun setelah eksodus dipimpin Musa dari Mesir. 

Lakhis kemudian menjadi kota Israel yang penting di Kerajaan Yehuda, sampai dihancurkan oleh Asiria pada abad VII SM. 

Prasasti itu bertanggal tepat 3.500 tahun yang lalu, berkat banyaknya sampel organik yang dikumpulkan. Di antaranya, biji yang memungkinkan para peneliti menggunakan penanggalan radiokarbon. 

"Prasasti lain ditemukan pada dekade 1930-an, yang diyakini beberapa orang mungkin kembali ke-100 tahun sebelumnya. Tetapi karena digali sangat lama, tidak mungkin menggunakan penanggalan radiokarbon," jelas Hoflmayer.  

Selain itu, banyak ahli yang meragukan skrip alfabet yang digunakan. Penemuan baru ini sangat penting karena mempersempit kesenjangan antara kesaksian awal aksara alfabet yang ditemukan di wilayah Sinai,  dan bukti aksara Semit yang lebih baru. 

“Kami tahu bahwa alfabet awal ditemukan di Sinai sekitar abad ke-19 SM,” katanya. "Itu muncul kembali di Levant selatan,  jauh kemudian, hanya sekitar abad ke-13 dan ke-12. Hanya saja, kami tidak memiliki petunjuk tentang apa yang terjadi di antara dua periode ini." 

Dikutip dari Wikipedia, Levant (pengucapan bahasa Inggris)  atau Syam,  merupakan wilayah Mediterania, atau wilayah besar di Asia Barat di mana berdiri Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di utara, Laut Mediterania di barat, dan Pegunungan Zagros di timur. 

Dibawa Orang Mesir

Sebelum prasasti ditemukan, para ahli percaya bahwa tulisan tersebut mungkin telah dibawa oleh orang Mesir ke Levant. Sebab, para arkeolog sering merujuk suatu daerah yang mencakup Israel modern, wilayah Palestina, sebagian Lebanon, dan Yordania.

"Pada Zaman Perunggu Akhir, antara 1550 dan 1200 SM, wilayah itu berada di bawah kekaisaran Mesir," kata Hoflmayer. “Orang Mesir memberlakukan sistem administrasi dan tulisan mereka sendiri, dan banyak ahli berpikir bahwa alfabet awal,  mungkin telah diperkenalkan dalam konteks ini."

"Tapi sekarang,  kita dapat melihat bahwa itu sudah digunakan setidaknya pada abad ke-15 SM, ketika tidak ada dominasi Mesir dalam skala besar," tambahnya.

Menurut Hoflmayer,  huruf-huruf yang diidentifikasi di pecahan keramik itu mengandung nama dan menyusun kata-kata,  yang mungkin terdengar asing bagi penutur bahasa Ibrani modern.

Namun, alfabet tersebut bukanlah alfabet Ibrani, melainkan alfabet yang darinya bahasa Ibrani berevolusi berabad-abad kemudian. 

Prasasti tersebut memuat huruf-huruf yang diidentifikasi oleh para peneliti sebagai:  e, v, d. Ketiga huruf ini membentuk sebuah kata yang dapat menjadi 'eved,  yang saat itu dan juga dalam bahasa Ibrani modern, berarti 'budak'.  

Kata kedua yang diuraikan pada pecahan fitur nun-peh-tav, (n-p-t) atau 'nektar'. “Semua huruf telah berevolusi dari hieroglif,  huruf Fenisia, Ibrani, Yunani, Latin dan seterusnya,” kata Hoflmayer.

“Sekarang kami tahu bahwa alfabet tidak dibawa ke Levant oleh pemerintahan Mesir. Meskipun kami belum dapat benar-benar menjelaskan bagaimana itu terjadi, kami dapat mengatakan bahwa itu jauh lebih awal dan dalam keadaan sosial yang berbeda," lanjutnya.***

 

Sumber:  The Jerusalem Post, Wikipedia

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah