Kyai Modjo bersama pasukannya menempati lokasi pengasingan di Desa Kembuan. Pada 20 Desember 1845, Kyai Mojo wafat dalam usia 84 tahun, kemudian dimakamkan di Desa Pineleng, pinggiran Manado, atau sekitar 30 kilometer dari Kembuan. Sekarang ini, tepat di jalan masuk menuju makam tersebut, berdiri patung Kyai Mojo.
Pada tahun yang sama dengan meninggalnya Kyai Modjo, dibangun Masjid Agung Kyai Modjo yang masih kokoh hingga sekarang di Kampung Jaton.
Pasukan Kyai Modjo telah mengajarkan orang Minahasa tentang cara bercocok tanam yang baik, irigasi, membajak sawah, dan juga tata krama. Teladan yang mereka tunjukkan, antara lain, bahwa orang yang lebih muda harus santun kepada yang lebih tua, telah meluluhkan banyak tetua dan tokoh adat setempat.
Pemuda-pemuda dari Jawa ini akhirnya dinikahkan dengan wanita-wanita Minahasa dari subetnis Toulour (bahasa Minahasa, Tou berarti manusia, dan Lour artinya 'danau).
Seiring berputarnya roda waktu, desa di tepi Danau Tondano ini, dikenal sebagai 'pusat wanita paling ayu' di Sulawesi Utara. Kecantikan mereka lahir dari perpaduan antara Suku Jawa dan Suku Minahasa, sangat khas dibandingkan umumnya wanita Manado (baca: Minahasa).
Kedatangan rombongan Kyai Modjo disusul rombongan atau tokoh-tokoh Islam lainnya dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Maluku. Termasuk Pangeran Perbatasari bin Panembahan Muhammad Said bin Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, yang ditangkap Belanda saat berada di Pahu, Kutai untuk meminta bantuan perang pada 1885.
Jaton telah menjadi etnis yang khas. Di mana saja mereka berada di perantauan baik di Sulawesi sendiri, Jawa atau Sumatera bahkan di luar negeri, mereka tetap mengklaim diri sebagai 'orang Jaton'.
Di Provinsi Gorontalo, yang penduduknya mayoritas beragama Muslim, suatu wilayah pemekaran dari Sulawesi Utara, terdapat pemukiman-pemukiman orang Jaton: Yosonegoro di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo.
Juga Reksonegoro di Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo; Kaliyoso di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo; Mulyonegoro di Kecamatan Pulubala, Rejonegoro di Kabupaten Gorontalo; Salilama, di Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo; Bandungredjo di Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo.
Bojonegoro di Kecamatan Maesaan, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utar; Ikhwan di Kecamatan Dumoga barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara.