NAJAF, KALBAR TERKINI - Paus Fransiskus menggelar pertemuan bersejarah dengan ulama terkemuka Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani (90), Sabtu, 6 Maret 2021 terkait seruan yang kuat mengenai pentingnya hidup berdampingan di negara yang dirusak oleh sektarianisme dan kekerasan.
Pertemuan Paus Francis di kota suci selatan Najaf, selama tur Irak yang penuh berisiko ini, menandai pertama kalinya seorang paus bertemu dengan seorang ulama senior Syiah. Pertemuan dengan Francis berlangsung di rumah sederhana sewaannya selama beberapa dekade. Letaknya di sepanjang gang sempit di Najaf.
Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Reuters, Sabtu, 6 Maret 2021, ulama pertapa bersahaja dengan status yang hampir mistis di antara jutaan pengikut Syiah ini, selalu turun tangan selama Irak berada dalam masa-masa kritis, bergerak dari satu krisis ke krisis lainnya.
Baca Juga: Tuding Eropa Politisir Fasilitas Nuklirnya, Presiden Iran: Saya Peringatkan!
Sosok kurusnya yang tertutup dan tinggal di dekat tempat suci Imam Ali yang berkubah emas di Najaf, Sistani jarang terlihat di depan umum.
Sistani adalah salah satu tokoh terpenting dalam Islam Syiah, baik di Irak maupun di luar. Sistani memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap politik. Dekritnya begitu berpengaruh, antara lain, mengirim orang Irak ke pemilihan bebas untuk kali pertama pada 2005, mengumpulkan ratusan ribu orang untuk melawan ISIS pada 2014, dan menggulingkan pemerintah Irak di bawah tekanan dari demonstrasi massal pada 2019.
Sistani jarang menghadiri pertemuan, dan telah menolak pembicaraan dengan mantan perdana menteri, dan saat ini di Irak, menurut pejabat yang dekat dengannya. Sistani setuju untuk bertemu paus. "Syaratnya, tidak ada pejabat Irak yang akan hadir," kata seorang sumber di kantor presiden.
Baca Juga: Mendapat Ancaman Tindakan PBB, Militer Myanmar Bergeming
Adapun selama kunjungannya, anak-anak berbaris di sepanjang sambil mengibarkan bendera Irak dan Vatikan ke arah pemimpin umat Katolik dunia ini.
Paus telah mengunjungi negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Turki, Yordania, Mesir, Bangladesh, Azerbaijan, Uni Emirat Arab, dan wilayah Palestina, sambil terus menyerukan dialog antaragama.
Setelah pertemuan 55 menit dengan Sistani, Paus Francis menuju ke reruntuhan Ur kuno di Irak selatan, yang dihormati sebagai tempat kelahiran Nabi Abraham, ayah dari Yudaisme, Kristen dan Islam.
Paus dijadwalkan memberikan pidato pada pertemuan antaragama. Setelah terbang kembali ke Baghdad, Paus Francis diharapkan untuk memimpin misa di Katedral Kaldea Saint Joseph.
Paus Francis memulai perjalanan luar negerinya yang paling berisiko pada Jumat, 5 Maret 2021, terbang ke Irak di tengah keamanan yang paling ketat yang pernah dilihat untuk kunjungan kepausan di mana Paus Francis memohon kepada para pemimpin negara dan orang-orang untuk mengakhiri kekerasan militan dan perselisihan agama.
Irak telah mengerahkan ribuan personel keamanan untuk melindunginya selama kunjungan tersebut, yang terjadi setelah serentetan serangan roket dan bom bunuh diri serta lonjakan kasus Covid-10.
Baca Juga: Tahlilan dalam Tradisi Islam Tanah Air, Berikut Penjelasannya
Paus Francis menyatakan bahwa dia melakukan perjalanan untuk menunjukkan solidaritas dengan komunitas Kristen Irak yang hancur berjumlah sekitar 300 ribu, tersisa hanya seperlima dari jumlah sebelum invasi AS pada 2003 disusul kekerasan militan brutal.
Pemimpin Tahta Suci Vatikan sebelumnya, Paus Yohanes Paulus II hampir berkunjung tetapi membatalkan perjalanan yang direncanakan pada 2000, setelah pembicaraan dengan pemerintahan pimpinan Saddam Hussein, gagal.
Paus Francis yang berusia 84 tahun ini, tertatih-tatih karena penyakit linu panggulnya yang terasa sakit, kemudian memberikan penghormatan kepada orang-orang yang terbunuh dalam serangan yang dimotivasi oleh agama, mengunjungi sebuah gereja Baghdad di mana orang-orang Islam bersenjata telah membunuh sekitar 50 jemaah pada 2010.***
Sumber: Reuters