Milad ke-43 Masjid Istiqlal, Wapres Ma’ruf Amin Berharap jadi Wadah Cara Berpikir Wasathiyah

23 Februari 2021, 11:38 WIB
Masjid Istiqlal Jakarta /Kalbar Terkini/Mulyanto Elsa

 

JAKARTA, KALBAR TERKINI - Tempat yang paling baik untuk melakukan penguatan cara berpikir Wasathiyah, adalah masjid. Karena tidak ada umat Islam yang lepas dari pengaruh masjid.

Demikian disampaikan Wakil Presiden, KH Ma’ruf Amin, saat memberikan sambutan pada Milad ke-43 Masjid Istiqlal, yang dilakukan secara daring pada Senin, 22 Februari 2021.

Menurutnya, cara berpikir moderat dan dinamis tidak hanya memahami ajaran Islam secara tekstual, melainkan memahami ajaran Islam dengan mengakomodasi manhaj baru, melakukan perbaikan, dan inovasi untuk kondisi kehidupan yang lebih baik.

Baca Juga: Dibangun Juga di Sintang, Terminal Barang Internasional di Badau Telan Rp 120 Miliar

Baca Juga: Mengabdi di Tanah Kelahiran, Jenderal Asal Ketapang Balek Kampong

Selain itu, menerapkan pola pikir wasathy berarti tidak menyerahkan sepenuhnya permasalahan kehidupan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga mengabaikan motivasi agama.

“Menerapkan cara berpikir moderat, dinamis, dan tidak ekstrem (Wasathiyah), maka peradaban Islam bisa terwujud seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW.,” katanya, dikutip Kalbar-Terkini.com dari Pikiran-Rakyat.com.

Oleh karena itu, ia berharap masjid bisa menjadi tempat untuk melestarikan cara berpikir Islami yang moderat dan tidak ekstrem (Wasathiyah) seperti yang diajarkan Nabi Muhammad saw.

Bahkan ia menuturkan bahwa masjid sebagai tempat paling baik untuk melakukan penguatan cara berpikir Wasathiyah karena umat Islam tidak terlepas dari pengaruh masjid.

Baca Juga: Masih tangani pandemic Covid-19, Pemerintah Kembali Pangkas Cuti Bersama 2021

Baca Juga: Mengaku Sudah Lakukan Yang Terbaik, Edhy Prabowo: Saya Siap Dihukum Mati Kalau Memang Salah

“Maksudnya di sini ialah tidak berpikir secara liberal. Dengan demikian, cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal, lah. Tektualiyan wala liberaliyan, tetapi moderat. wasathiyan atau tawasuthiyan,” papar Wapres.

Wapres menjelaskan peradaban Islam menjadi supremasi peradaban dunia. Islam menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai dasar peradaban modern seperti ilmu kedokteran, fisika, aljabar, dan astronomi.

Ia menilai bahwa peran terpenting masjid adalah sebagai wadah dalam melestarikan cara berpikir sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Pelestarian dan penerapan cara berpikir yang melahirkan peradaban Islam sebagai peradaban dunia.

“Peran terpenting masjid adalah sebagai wadah untuk melestarikan cara berpikir sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Pelestarian dan penerapan cara berpikir tersebutlah yang kemudian melahirkan peradaban Islam menjadi peradaban dunia,” kata Ma’ruf Amin.

Baca Juga: Dibangun Secara Swadaya Masyarakat, Sekda Kalbar Pastikan Bantu SMK Plus Sanggau

Dalam Musyawarah Nasional (Munas) MUI pada Agustus 2015, KH Muhyidin menjelaskan bahwa menetapkan Islam Wasathiyah sebagai paradigma pengkhidmatan di lingkungan MUI.

Menurutnya, Paradigma Islam Wasathiyah sangat penting dengan semakin kuatnya indikasi bergesernya gerakan keislaman di Indonesia ke kutub ekstrem, baik yang ke kiri maupun ke kanan.

“Pergeseran ke kutub kiri memunculkan gerakan liberalisme, pluralisme, dan sekularisme dalam beragama. Sedangkan, pergeseran ke kutub kanan menumbuhkan radikalisme dan fanatisme sempit dalam beragama,” kata KH Muhyidin mengutip Ketua Umum MUI KH. Dr. Ma'ruf Amin. ***

Editor: Ponti Ana Banjaria

Tags

Terkini

Terpopuler