Zar, Ritual Mengusir Setan Kuno Mesir yang Eksis

- 23 Juni 2022, 22:05 WIB
Ilustrasi ritual
Ilustrasi ritual /pixabay/

KALBAR TERKINI - Sejumlah ritual kuno Mesir termasuk Zar, masih bertahan di negara tersebut, walaupun dianggap sebagai pagan dalam Islam.

Kerap digelar di Pusat Budaya Mesir di Kairo, ibukota negara, ritual-ritual tersebut dimaksudkan untuk menyenangkan tamu asing dan lokal.

Upacara Zar, misalnya, adalah kultus penyembuhan untuk mengusir kerasukan roh, kadang-kadang disebut jin atau setan, yang menyebabkan penyakit.

Baca Juga: Abelisauridae, Dinosaurus 'Preman' Ditemukan di Mesir: Pesek dan Muka Datar Mirip Bulldog

Selain sebagai tradisi kuno, yang dianggap sebagai praktik pagan oleh Islam, itu adalah bagian penting dari budaya Mesir, yang disertai dengan genderang dan tarian wanita.

"Kami bukan dukun atau penyihir," kata Umm Sameh, berusia 70-an, dengan mata berkerut, lingkaran besar bergoyang di telinganya, dan gelang emas berdenting di lengannya.

"Nyanyian itu spiritual dan mengeluarkan energi negatif," kata penyanyi utama ansambel Mazaher, menambahkan bahwa mereka juga melakukan doa dari praktik sufi mistik Islam.

Secara tradisional, dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Turki, Saily Sabah, Selasa, 10 Mei 2022, Zar berlangsung beberapa hari, termasuk melibatkan pengorbanan hewan.

Baca Juga: Mesir: Lebih dari Separuh Anggaran 2022-2023 Dihabiskan Untuk Utang, Indonesia?

Tapi, tidak ada pertumpahan darah di pusat budaya itu, selama pementasan ritual, yang membuat penonton terpesona oleh suara Umm Sameh, dan menganggukkan kepala mengikuti ketukan genderang.

Dalam masyarakat patriarki di Mesir, di mana perempuan sering menghadapi diskriminasi, upacara Zar adalah salah satu dari sedikit praktik budaya di mana mereka menjadi pusat perhatian.

Umm Sameh mengaku mempelajari ritual itu sejak usia 11 tahun dari ibu dan neneknya.

Baca Juga: Muka Moh Salah Disorot Laser Kala Laga Senegal vs Mesir, FIFA Turunkan Tim Investigasi, Laga Bakal Diulang?

Enam dekade kemudian, dia membacakan lirik yang sama untuk nada yang sama di mana semua dari ingatannya.

"Zar adalah ritual penyembuhan yang sangat tua, sedikit seperti perawatan medis," kata Ahmed al-Maghraby, pendiri Mazaher.

Menurutnya, Mazaher adalah kelompok terakhir Mesir yang melakukan Zar di depan umum.

Dia mendirikannya 22 tahun yang lalu untuk melestarikan warisan budaya tersebut, dan mengarsipkan musik lokal dari seluruh Mesir.

Baca Juga: Hasil Senegal vs Mesir: Harapan Mo Salah Pupus di Tangan Juara Afrika , Kamerun Berpengalaman ke Putaran Final

"Ini adalah prestasi yang sulit, karena 'zar' secara historis telah dicemooh oleh umat Muslim yang taat," katanya.

Selain dianggap sebagai praktik pagan dalam Islam, Zar ditolak oleh modernisasi otoritas negara karena dianggap sebagai tradisi pedesaan yang terbelakang.

"Masyarakat Timur Tengah dan Mesir menganggap segala sesuatu lokal dengan jijik," keluh Maghraby.

Masih diingatnya bahwa turis asing yang pertama kali datang dan juga membawa orang Mesir sendiri ke pertunjukan Zar, mengatakan: "Tidak! Ada jin dan darah!'"

Baca Juga: Atlantis bukanlah Mitos, Ditulis Plato dari Kisah Leluhurnya Berdasarkan Hieroglif Mesir

"Bagi mereka, Zar selalu sesuatu yang berdosa," tambahnya.

Anggota ensemble Abou Samra berkata: "Orang memiliki gagasan yang sangat negatif tentang Zar."

Ini karena film-film di Mesir, yang telah lama dianggap sebagai Hollywood-nya dunia Arab. Salah satunya, film horor 1987 'Al Taweeza' (Kutukan), yangdibintangi superstar Youssra dan Tahia Carioca.

Film ini bermandikan darah palsu, dan mengeluarkan tangisan melengking.

"Tapi, Zar adalah seni, seperti semua seni lainnya," kata Abou Samra, yang memainkan tamboura, kecapi enam senar. "Kita harus melepaskan stereotip ini."

Waktu memang berubah. Ansambel, yang musisi dan penarinya berusia di atas 60 tahun, telah membawa anggota baru.

Azza Mazaher, yang tumbuh dengan melihat ibunya Umm Hassan melakukan perkusi, sekarang juga bermain drum, dan memberi energi pada pertunjukan saat dia menari di atas panggung.

Azza menyatakan bahwa grup tersebut sekarang ini tampil dengan cara lama dan baru.

"Jika seseorang merasa sakit dan dokter tidak dapat menemukan pengobatan, kami dapat mengadakan upacara," katanya kepada Agence France-Press (AFP).

"Tapi di sini, kami menampilkan sepotong cerita rakyat yang ringan, sehingga orang-orang dapat menemukannya, memahaminya, dan menikmatinya," tambah Mazaher yang telah mengambil bagian dalam beberapa festival di Eropa.

Mariam Essawi, seorang penonton berusia 20-an, mengatakan: "Mereka terlihat seperti kita, mereka mewakili kita. Zar adalah bagian dari sejarah, dan warisan budaya kita. Anehnya, kita tidak mengetahuinya."***

Sumber: Daily Sabah

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Sabah News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x