Lawan AS, China Dekati Indonesia: Ketergantungan Ekonomi dan Vaksin Diklaim Jadi Senjata

- 20 April 2021, 04:18 WIB
JANJI BEIJING - Beijing disebut akan mengulur janji membantu negara-negara ini untuk menghidupkan kembali perekonomian  mereka setelah pandemi Covid-19. Karena itu, Indonesia dan negara-negara lainnya itu akan berpikir dua kali untuk berpihak ke AS./FOTO: CHINA EMBASSY/THE ECONOMIC TIMES/CAPTION & GRAFIS ILUSTRASI: OKTAVIANUS CORNELIS/
JANJI BEIJING - Beijing disebut akan mengulur janji membantu negara-negara ini untuk menghidupkan kembali perekonomian mereka setelah pandemi Covid-19. Karena itu, Indonesia dan negara-negara lainnya itu akan berpikir dua kali untuk berpihak ke AS./FOTO: CHINA EMBASSY/THE ECONOMIC TIMES/CAPTION & GRAFIS ILUSTRASI: OKTAVIANUS CORNELIS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Sebagaimana  juga pernah diberitakan Kalbar-Terkini.com, koran Pakistan, The Associated Press of Pakistan pada Maret 2021 memberitakan pernyataan dari seorang anggota Parlemen Pakistan, tentang pentingnya aliansi  atau blok baru dari negara-negara yang selama ini menjadi korban saksi AS, semisal Rusia, China  atau  Iran. Ini antara lain terkait dengan saling kerjasama di bidang perekonomian. 

Sementara masih dari The Asahi Shimbun, para diplomat dan analis menegaskan bahwa upaya China ini terkait dengan kekuatiran bahwa pemerintahan baru di AS di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden telah mempengaruhi negara-negara demokrasi lainnya, untuk secara global  ikut menuding bahwa China melakukan pelanggaran  hak asasi manusia dan mengancam keamanan regional seperti dalam sengketa di Laut China Selatan. 

"China selalu  tegas menentang pihak AS yang terlibat dalam politik blok di sepanjang garis ideologis, dan bersekongkol untuk membentuk klik anti-China," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters. 

“Kami berharap negara-negara terkait melihat dengan jelas kepentingan mereka sendiri ... dan tidak direduksi menjadi alat anti-China,"  lanjut pernyataan itu. 

Setelah pembicaraan sengit pada Maret 2021 antara diplomat top AS dan China di Anchorage, kota terbesar di Negara Bagian Alaska, AS, pihak Beijing juga tampaknya terlibat lebih gencarmelobi negara-negara, seperti Rusia, Iran, dan Korea Utara, yang juga berada di bawah sanksi AS. 

Beberapa hari setelah pertemuan di Alaska, Wang menerima Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemudian  keduanya menyerukan bahwa Moskow dan Beijing  menolak apa yang disebut sebagai agenda ideologis Barat. 

Sepekan  kemudian, Wang terbang ke Iran,  dan menandatangani pakta ekonomi 25 tahun, yang menurut profesor Universitas Renmin Shi Yinhong.  'secara efektif mengekspos setiap perusahaan China yang berpartisipasi untuk sanksi AS baik secara langsung maupun tidak langsung'. 

Secara bersamaan, Presiden China Xi Jinping juga  bertukar pesan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un,  menyerukan kemitraan yang lebih dalam dengan negara lain,  yang karena ambisinya untuk senjata nuklir, telah menarik sanksi dari AS. 

Biden Teruskan Kebijakan Trump

Biden terus menekan Beijing pada banyak masalah yang sama seperti dilakukan di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, tetapi dengan strategi yang lebih berfokus pada aliansi.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah