Kronologi Kasus Perundungan Anak di Tasikmalaya, Dipaksa Setubuhi Kucing Berakhir Meninggal karena Depresi

26 Juli 2022, 08:06 WIB
Ilustrasi kasus bully /Pixabay/geralt/

KALBAR TERKINI - Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan, kronologi kejadian berdasarkan hasil penyelidikan petugas, peristiwa korban di-bully dan dipaksa memperkosa kucing sambil direkam, terjadi pada 14 Juni 2022.

"Di dalam keterangan yang kami peroleh, peristiwa bully, korban dipaksa memperkosa kucing terjadi pada 14 Juni.

Nah setelah bully itu, korban dan teman-temannya kembali bermain seperti biasa," jelas Ibrahim Tompo.

Kemudian, ujar Kombes Pol Ibrahim Tompo, video menyebar di kalangan tetangga melalui via WhatsApp.

Baca Juga: Kronologi Percobaan Pembunuhan Istri TNI di Semarang, Disantet Hingga Ditembak. Suami Masih Buron, Kemana?

Mulai  dari situ akhirnya ditemukan oleh para orang tua korban.

Akhirnya, pada 16 Juni dilakukan pertemuan antara para orang tua, RT, RW, dan kepala desa di lingkungan tersebut

"Dari pertemuan itu, memang sama-sama memaklumi bahwa ini bagian dari kenakalan anak-anak yang ada di sana.

Sehingga, saat itu dilakukan perdamaian di antara keluarga korban dan pelaku," ujar Kombes Pol Ibrahim Tompo. 

Baca Juga: REKAP HASIL dan Klasemen Liga 1 Indonesia Pekan ke 1, Persebaya dan Persis Solo Tumbang

Namun, akhirnya video tersebut menyebar dan menjadi viral.

Kemudian, dilakukan pengamatan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya untuk diproses.

Akhirnya kepolisian bersama KPAID Kabupaten TAsikmalaya melakukan pendalaman.

"Kami mendapatkan simpulan bahwa memang terjadi bullying (perundungan) di situ.

Di mana didapatkan, ada kondisi di luar kendali korban," tutur Kabid Humas Polda Jabar.

Disinggung tentang keterlibatan orang dewasa dalam kasus ini, Kombes Pol Ibrahim Tompo menyatakan, penyidikan belum sampai ke arah itu.

Begitu juga pelaku yang merekam video, mengunggah, dan memviralkannya.

Saat ini, tutur Kombes Pol Ibrahim Tompo, ketiga anak yang diduga sebagai pelaku perundungan, ditangani oleh KPAID Kabupaten Tasikmalaya dan Bapas.

Baca Juga: UPDATE KLASEMEN Liga 1 Indonesia, Madura United Kokoh Pimpin Klasemen, Arema, Persebaya dan Persija 0 Poin

"Nanti mekanismenya semua akan dilakukan koordinasi di antara stakeholder," tutur Kombes Pol Ibrahim Tompo.

Diketahui, kasus ini telah naik dari penyelidikan ke penyidikan.

Berdasarkan gelar perkara yang dilaksanakan Unit PPA Satreskrim Polres Tasikmalaya dan Unit PPA Ditreskrimum Polda Jabar, ditemukan ada peristiwa bullying dalam kasus ini.

Terduga pelaku berjumlah tiga orang, semuanya anak-anak.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya Ato Rinanto menduga rangkaian perlakuan perundungan yang dilakukan pelaku yang tak lain adalah teman korban menimbulkan depresi, hingga korban sempat mengalami sakit.

Baca Juga: Kronologi Perekaman Vidio Jenazah Brigadir J yang Jadi Bukti Kuat. Siapakah Sosok Perempuah Hebat Pembuatnya?

Ato mengatakan pihaknya menduga sebelumnya korban juga diduga tak berani mengungkap dan menceritakan perundungan yang dialami bocah malang itu kepada keluarga atau orang tuanya.

Meski begitu, Ato menyatakan saat ini timnya tengah melakukan pendalaman gejala-gejala apa saja yang dialami oleh korban agar dapat mengetahui kronologi peristiwa itu secara rinci.

KPAID Tasikmalaya yang turun dalam penanganan kasus ini, memberikan pendampingan pada keluarga korban.

Juga kepada terduga pelaku aksi perundungan yang masih anak-anak.

"Saat ini kami masih fokus melakukan pemulihan kondisi psikis keluarga karena diduga kondisi psikis merek terganggu.

Terduga pelaku juga masih anak-anak, karena itu pula kami akan melakukan pendampingan kepada terduga pelaku," tuturnya.

Dokter di rumah sakit umum daerah (RSUD) Tasikmalaya buka suara soal penyebab kematian bocah yang meninggal dunia usai depresi karena dirundung (bully) dan dipaksa setubuhi kucing.

Bocah SD itu didiagnosis mengalami peradangan otak.

Namun, nyawa bocah tersebut tidak tertolong meski sudah mendapatkan penanganan medis.

"Didiagnosa kematian almarhum akibat suspect typhoid dan ensefalopati atau peradangan otak akibat komplikasi tifus," jelas Kabid Pelayanan Kesehatan RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya, dr Adi Widodo.

Ia menambahkan terdapat pula suspect episode depresi atau gangguan kejiwaan yang bisa diakibatkan karena komplikasi tifusnya.

Faktor internalnya karena komplikasi demam.

Pihak rumah sakit mengaku belum sempat meminta keterangan pasien, karena kondisinya sudah hilang kesadaran saat sampai di rumah sakit.

Untuk faktor eksternalnya, pihak rumah sakit belum menyimpulkan lantaran pasien tidak bisa berkomunikasi.***

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler