Terduga Teroris Ahmad Junaidi Mengaku Anggota FPI

4 April 2021, 20:41 WIB
ANGGOTA FPI - Calon 'teroris kagetan' Ahmad Junaedi y sudah dicokok Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada Senin 29 Maret 2021. Dalam videonya yang viral, Ahmad mengaku sebagai anggota ormas terlarang FPI dan simpatisan Riziq Shihab. /FOTO: RRI.CO.ID/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

JAKARTA, KALBAR TERKINI - Covid-19 yang disebut-sebut dari Tiongkok telah berkembang menjadi sentimen anti-China di AS, Australia, dan sejumlah negara Eropa. ISIS bahkan menjadikannya  propaganda sebagaimana diakui simpatisan gerombolan tersebut di Indonesia, Ahmad Junaidi (47).

Calon 'teroris kagetan' ,  yang sudah dicokok Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada Senin 29 Maret 2021 ini,  muncul dalam video yang viral di medsos.  Dalam video,  Ahmad mengaku sebagai anggota ormas terlarang FPI.

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari RRI.co,id, Minggu, 4 April 2021, Ahmad memberi pengakuan tentang keterkaitannya dengan FPI. "Saya atas nama Ahmad Junaidi, salah satu anggota simpatisan FPI sejak Habib Rizieq Shihab pulang ke Indonesia," ucapnya dalam video yang viral pada hari Minggu ini.

Baca Juga: Ratusan Bisnis China Masuk Kalbar, DPRD: Hati-hati!

Baca Juga: Safaa, Teroris Wanita Pertama Inggris: Film Seks dan Mengurung Diri di Kamar

Baca Juga: IPW: Teroris Tembus Mabes Polri, Pukulan Telak bagi Kepolisian!

Ahmad dalam video juga mengaku rutin mengikuti pengajian Yasin Waratib di bawah pimpinan Habib Husein Al Hasni di kawasan Condet, Jakarta Timur. 

Menurut Ahmad, pengajian tersebut digelar tiap malam Jumat secara bergilir dari rumah ke rumah anggota jemaah.

Dalam setiap pengajian, Ahmad mengaku selalu diajak berdiskusi tentang situasi negara yang menurutnya sudah dikuasai oleh Tiongkok, semisal tenaga kerja dan kekayaan alam Indonesia.

"Akhirnya,  teman saya yang bernama Bambang dan Agus memberikan semangat untuk mengajak melakukan peledakan di industri-industri China yang ada di Indonesia," ujar Junaidi dalam video berdurasi satu menit 52 detik itu.

Dilansir South China Morning Post (SCMP), 7 April 2020, afiliasi ISIS di Indonesia telah meningkatkan retorika anti-China di media sosial menyusul terjadinya  pandemi virus korona global. Itu sebabnya Pemerintah Indonesia harus waspada terhadap kemungkinan serangan di masa depan.

Laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) pada awal April 2020 menunjuk pada plot ISIS yang sebelumnya dirahasiakan untuk menyerang pekerja Tiongkok.  Pemimpin gerombolan pembunuh itu Abu Bakr Al-Baghdadi Baghdadi memang sudah mati, tapi ideologi ISIS terus hidup khususnya di Asia Tenggara.***

 

Sumber: RI.co.id & SCMP

 

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Terkini

Terpopuler