Dua Satelit Besar Tabrakan, Waspadai Reruntuhannya

- 10 April 2021, 01:55 WIB
TABRAKAN SATELIT -  Dua satelit besar kemungkinan bertabrakan dengan kecepatan melebihi peluru: relatif 32.679 mph atau 52.592 kilometer per jam di atas permukaan Arktik Siberia, Jumat kemarin atau Sabtu Waktu Indonesia Bagian Barat hari ini. Puing-puing dua satelit ini mencapai 1.900 kilogram./FOTO SIMULASI TABRAKAN SATELIT/THE EUROPEAN SPACE AGENCY/
TABRAKAN SATELIT - Dua satelit besar kemungkinan bertabrakan dengan kecepatan melebihi peluru: relatif 32.679 mph atau 52.592 kilometer per jam di atas permukaan Arktik Siberia, Jumat kemarin atau Sabtu Waktu Indonesia Bagian Barat hari ini. Puing-puing dua satelit ini mencapai 1.900 kilogram./FOTO SIMULASI TABRAKAN SATELIT/THE EUROPEAN SPACE AGENCY/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Puing-puing dari bangkai dua satelit besar dipastikan menghujam ke sejumlah wilayah yang belum dipastikan di permukaan bumi. Tabrakan diperkirakan terjadi pada Jumat, 9 April 2021 pukul 1:18 atau Sabtu, 10 April 2021 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).

Dampak dari tabrakan ini diklaim membahayakan penduduk bumi karena berat total dari reruntuhan atau puing-puing dua satelit ini mencapai 1.900 kilogram. Puing-puing ini dilaporkan akan tersebar jatuh ke seluruh  orbit bumi.

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Live Science, Jumat, dua satelit besar kemungkinan bertabrakan dengan kecepatan relatif 32.679 mph,  atau 52.592 kilometer per jam di atas permukaan Arktik Siberia.

Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal di Usia 99 Tahun, Berikut Perjalanan Duke of Edinburgh

Baca Juga: Ketersediaan Protein Hewani Ditargetkan 2,9 Juta TonBaca Juga: Materi Kutbah Jumat Minggu ini, Marhaban ya Ramadhan Bulan Penuh Ampunan

Pihak Pengawasan dan Pelacakan Luar Angkasa Uni Eropa (EUSST) pertama kali memperingatkan tentang gelagat akan terjadinya tabrakan kedua satelit yang sudah tak aktif ini, Rabu, 7 April 2021.

Kemudian pada Kamis, 8 April 2021, kantor pelacakan memperingatkan, dua objek itu akan lewat dalam jarak 33 kaki atau 10 meter satu sama lain, dengan kemungkinan bertabrakan 20 persen.

"Simulasi EUSST menunjukkan bahwa potensi tabrakan antara dua objek luar angkasa ini akan menghasilkan lebih dari empat juta fragmen," tulis badan tersebut pada pukul 4:05 ET 9 April 2021. "Lebih dari 400 fragmen yang dihasilkan oleh potensi tabrakan akan lebih besar dari itu. Per fragmen berdiameter sekitar 20 sentimeter."

LeoLabs, sebuah perusahaan swasta, menulis di Twitter, pihaknya meyakini peringatan pihak EUSST. Tapi,  pihak LeoLabs hanya mematok risiko tabrakan dua persen dengan jarak tempuhnya  44 meter. 

Kedua objek yang mengorbit ini, tidak lagi berfungsi, dan tidak dapat mengubah orbitnya.

Keduanya akan bertabrakan di ketinggian 490 mil atau 790 kilometer dari permukaan bumi. 

Sampah Satelit Soviet masih Mengorbit

Jonathan McDowell, astronom dari Harvard yang juga ahli penerbangan luar angkasa menulis di Twitter bahwa yang lebih besar dari dua potongan sampah antariksa ini adalah roket milik bekas negara Uni Soviet.  Memiliki berat 1,5 ton atau 1.400 kilogram, roket ini pernah digunakan untuk menerbangkan satelit komunikasi ke orbit pada Mei 1981.  

Objek sampah luar angkasa yang paling kecil adalah satelit meteorologi AS. Beratnya hanya  1.100 pon atau 500 kilogram. Satelit ini dikenal sebagai OPS 6182 (DMSP 5D-1 F2), yang diluncurkan pada Mei 1978. 

Tabrakan puing-puing satelit ruang angkasa telah menjadi ancaman dalam beberapa tahun terakhir. Sebab,  jumlahnya -termasuk relik yang mati dan tidak dapat dioperasikan- tumbuh secara dramatis.  

Pada Januari 2020, dua satelit berbeda,  datang dalam jarak beberapa kaki. tapi tidak terjadi tabrakan. Ketika itu, kalangan astronom menghitung bahwa dua satelit ini berpeluang antara satu dari 20 persen untuk menabrak satu sama lain, tapi ternyata prediksi meleset. 

Setiap puing baru di luar angkasa menjadi ancaman untuk satelit aktif dan penerbangan luar angkasa manusia.  Betapa tidak, objek ini di orbit bergerak sangat cepat, melebihi kecepatan peluru. Sepotong kecil puing yang menghantam satelit cuaca atau pesawat ruang angkasa, bisa menjadi bencana besar.

Tabrakan yang menghasilkan lebih banyak puing menjadi lebih memungkinkan.  Di titik tertentu, jika masalah tidak teratasi, mungkin ada 'reaksi berantai' di luar angkasa.

Sebab pada dasarnya, mengorbit bumi dengan ketinggian rendah, terlalu membahayakan mesin atau manusia, suatu fenomena yang dikenal sebagai Sindrom Kessler.*** 

 

Sumber: Live Science

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah