Drone Kecil 'Lelet', Siluman bakal Intai Perbatasan China-India

- 28 Februari 2021, 23:20 WIB
SILUMAN -  Drone serangan siluman GJ-11 melakukan debut parade pada parade Hari Nasional yang diadakan di Beijing pada 1 Oktober 2019./FOTO: FAN LINGZHI / GLOBAL TIMES/
SILUMAN - Drone serangan siluman GJ-11 melakukan debut parade pada parade Hari Nasional yang diadakan di Beijing pada 1 Oktober 2019./FOTO: FAN LINGZHI / GLOBAL TIMES/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Dalam kondisi seperti ini, apalagi selama musim salju, banyak lokasi yang tak bisa terjangkau untuk melakukan pengintaian. Penggunaan drone kecil tak bisa optimal. Meskipun  sudah digunakan secara luas, wahana tersebut memiliki daya tahan yang pendek, rentan terhadap hujan, dan akan bermasalah dalam misi pengintaian di tengah cuaca berkabut yang kerap terjadi di wilayah tersebut.  

Drone seharusnya dapat meningkatkan efisiensi misi pengangkutan untuk mengirimkan pasokan ke pos-pos terdepan yang sulit dijangkau. Drone yang saat ini digunakan oleh pasukan garis depan. sebagian besar adalah drone multi-rotor berukuran kecil atau sedang, 

Drone semacam itu dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal, membuatnya dapat dioperasikan di hampir semua lokasi. Drone kecil ini tidak membutuhkan lapangan terbang, dan mudah dioperasikan oleh pasukan garis depan sehingga menjadi pilihan pertama untuk misi perbatasan. 

Senada dengan Hou, Fu Qianshao, seorang veteran yang juga ahli penerbangan militer China menyatakan drone berukuran kecil memiliki banyak kekurangan seperti yang dilaporkan oleh pasukan garis depan.

Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Vaksin Gotong-royong, Menkes: Wajib Gratis

Itu sebabny PLA disarankan menggunakan drone besar yang bersayap, seperti drone pengintai bersenjata GJ-1 dan GJ-2.  Drone model-model ini dapat bertahan di udara selama puluhan jam dan dilengkapi dengan muatan yang lebih canggih, walaupun hanya dapat lepas landas dan mendarat dari lapangan terbang.

"Selain itu, robot berbasis darat juga dapat dikembangkan dan disebarkan ke pasukan-pasukan perbatasan," katanya. "Industri persenjataan China harus mendorong teknologi yang lebih maju untuk meningkatkan kemampuan drone yang lebih kecil."

Pada April 2020, pasukan perbatasan India membangun fasilitas di garis kontrol Lembah Galwan, yang belakangan memicu bentrokan fisik tanpa senjata dengan pasukan China pada Juni 2021.

Selama bentrokan Galwan, PLA mengerahkan drone yang dikembangkan oleh Shenzhen Keweitai Enterprise Development Co, sebuah perusahaan swasta untuk melakukan pengintaian terhadap pasukan musuh.   

Drone perusahaan banyak digunakan oleh Komando Militer PLA Xinjiang untuk memantau dan mengontrol perbatasan, dan juga oleh pasukan PLA di Tibet untuk mengangkut pasokan ke pos-pos pertahanan perbatasan yang terisolasi. 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x