Vaksin Baru anti-Korona, Ad5-nCoV, Imunitasnya Dua Tahun dan Tahan Penyakit Lain

- 27 Februari 2021, 21:53 WIB
VAKSIN CANGGIH -  Vaksin Ad5-nCoV diklaim meningkatkan imunitas tubuh hingga dua tahun dan dapat menjaga dan menyembuhkan penyakit berbahaya lainnya./GLOBAL TIMES/
VAKSIN CANGGIH - Vaksin Ad5-nCoV diklaim meningkatkan imunitas tubuh hingga dua tahun dan dapat menjaga dan menyembuhkan penyakit berbahaya lainnya./GLOBAL TIMES/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

BEIJING, KALBAR TERKINI - Tiongkok mengklaim telah  berhasil membuat vaksin  Covid-19 paling baru berdosis tunggal. Diberi nama  Ad5-nCoV, vaksin ini diklaim bisa meningkatkan perlindungan hingga 20 kali lipat dari vaksin-vaksin lain, dan imuntasnya bisa bertahan hingga dua tahun.

Vaksin ini juga bisa melindungi sekaligus menyikat penyakit-penyakit berbahaya lainnya dengan tingkat pencapaian  hampir 100 persen. Diluncurkan pada Jumat. 26 Februari 2021, kapasitas produksi Ad5-nCoV mencapai 500 juta dosis per tahun. Ini  berarti, dalam setahun bisa divaksinasi 500 juta orang.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Global Times, Sabtu, 27 Februari 2021,  uji klinis fase pertama Ad5-nCoV dijawalkan  pada 16 Maret 2021. Inilah vaksin kandidat anti-Covid-19  pertama dunia yang memasuki uji klinis. Vaksin Ad5-nCoV adalah vaksin vektor adenovirus rekombinan yang dikembangkan bersama oleh CanSino Biologics dan peneliti dari Institut Medis Miluter (Institute of Military Medicine) di bawah Akademi Ilmu Militer pimpinan Chen Wei.

Chen adalah seorang ahli penyakit menular dan peneliti di Institute of Military Medicine di bawah Academy of Military Sciences. Menurutnya, Ad5-nCoV efektif dengan dosis tunggal, dapat memberikan perlindungan ganda ̶ imunitas humoral dan seluler. "Ini adalah satu-satunya vaksin korona dosis tunggal yang telah diberi persetujuan bersyarat untuk diluncurkan di China,"  kata  penyiar stasiun televisi pemerintah, China Central Television (CCTV) dalam siarannya,  Jumat.

Baca Juga: Kapolres Kayong Utara: Ancaman Pidana untuk yang Menghalangi Vaksinasi Covid-19

Setelah 14 Hari Inokulasi

Efek perlindungan dari vaksin  ini dapat bertahan, setidaknya enam bulan setelah inokulasi dosis tunggal, dan dapat meningkatkan respons imun 10 hingga 20 kali lipat. "Syaratnya, dosis kedua diambil setengah tahun setelah vaksinasi pertama," kata Chen kepada CCTV dalam wawancara eksklusif, Jumat itu. 

"Kami memiliki data selama enam bulan untuk membuktikan kemanjuran vaksin.  Orang tidak perlu mengambil dosis lain dalam enam bulan pertama setelah inokulasi pertama mereka. Bagaimana jika epidemi belum berakhir setelah enam bulan? Kami juga telah mengembangkan vaksin ini. sehingga efeknya diperkuat, bahkan setelah enam bulan, "kata Chen. 

Chen dan peneliti lain memperkirakan, efek vaksin terbaru ini dapat bertahan dua tahun setelah dua dosis. Ciri terpenting dari vaksin ini:  dapat diproduksi dengan cepat, dan dalam skala besar. Vaksin tersebut telah menunjukkan perlindungan penuh terhadap morbiditas penyakit parah di Pakistan. 

Kerennya lagi, menurut Chen, vaksin itu dapat pula melakukan perlindungan hingga 90 persen dari penyakit parah di samping korona. Tingkat kemanjurannya  mencapai 90,98 persen dalam mencegah penyakit parah berdasarkan analisis interimnya.  

Dengan demikian, dapat dicegah 65,7 persen penyakit bergejala dalam uji klinis yang sudah dilakukan di berbagai negara antara lain Pakistan. Hal ini juga diumumkan oleh Faisal Sultan, asisten khusus Menteri Kesehatan Pakistan, awal Februari 2021.

Sejauh ini, tambah Chen,  tidak ada reaksi yang negatif dari populasi yang sudah divaksin, termasuk di kalangan yang berada di lingkungan ekstrim. Tidak ada pula efek samping yang dilaporkan,  berbeda dengan penggunaan vaksin-vaksin yang lain. 

Vaksin Ad5-nCoV sebenarnya sudah matang dan dapat diandalkan. Vaksin ini sudah digunakan untuk virus Ebola pada 2014.

Orang berusia di bawah 18 dan di atas 60 tahun, tidak diizinkan menerima vaksin lain tanpa persetujuan bersyarat.  

Namun, berbeda dengan vaksin Ad5-nCoV. Uji coba Fase II dan III Ad5-nCoV, semuanya melibatkan orang berusia lebih tua, walaupun  usia di atas 55 atau 60 tahun,  memiliki morbiditas penyakit parah yang lebih tinggi, kata Chen. 

Relawan tertua adalah seorang pria bermarga Xiong yang antibodinya dites positif setelah hasil uji klinis. Hal ini yang membuat para peneliti semakin percaya diri. Chen juga menyatakan, vaksin baru tersebut juga terbukti aman ketika diuji klinis kepada orang berusia enam sampai 18 tahun yang sudah ditinjau oleh pihak Administrasi Produk Medis Nasional China. 

Baca Juga: Besan Jokowi Turun 'Gunung', Pantau Vaksinasi Covid-19 di Medan

Seorang relawan  divaksin pada 29 Februari 2020, di hari yang sama dengan Chen. Sepekan sebelumya, si penerima vaksin  melahirkan seorang bayi. "Dia dan bayinya sehat sekarang," kata Chen. 

Karena vaksin tersebut dapat diangkut dan disimpan dalam ruangan bersuhu dua sampai delapan derajat selsius, maka vaksin tersebut tidak memerlukan logistik rantai dingin. Pihaknya juga telah menyelesaikan uji klinis di seluruh dunia, dan akan segera merilis hasilnya.

 Di China, terdapat dua jenis vaksin Covid-19  yang tidak aktif, dan vaksin Ad5-nCoV. Ketika ditanya siapa saja yang harus dipilih, Chen menyatakan, orang yang ingin mengambil dosis lebih sedikit , tapi ingin mendapatkan kekebalan yang lebih cepat,  maka disarankan  untuk memilih Ad5-nCoV.   

Penggunaan vaksin paling baru ini, menurut Chen, sangat penting, karena varian lain dari Covid-19 telah ditemukan di bagian lain dunia. Karena itu, pihaknya akan terus memantau tingkat keamanan vaksin tersebut secara jangka panjang setelah peluncuran.   

Baca Juga: Tindaklanjuti Instruksi Mendagri, Bupati Landak Gelar Sosialisasi PPKM

Pihaknya juga  akan melacak keefektifannya terhadap varian baru.  Chen menambahkan, pihaknya sudah mulai mengembangkan vaksin tersebut untuk varian korona baru tersebut.

Mengenai sejauh mana penelitian dan pengembangan vaksin China terbaru ini  di seluruh dunia, Chen mengklaim, pihaknya tidak ragu. 

"Tidak ada keraguan, bahwa kami berada di kelompok pertama. Hanya sedikit negara lain yang bisa mencapai level seperti yang dicapai China ini. Kita tidak sombong, dan tidak merendahkan. Kita juga belajar lebih banyak dari orang lain, untuk menghasilkan vaksin yang lebih aman. Kita harus percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi kita,” tandasnya.***

 

Sumber: Global Times

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x