Kalau belum berdarah, belum berhenti," tambahnya.
Ken mengatakan, perampokan yang dilakukan santri pada zamannya itu secara tertutup dan juga dilakukan jika pondok pesantren Al Zaytun membutuhkan dana.
"Pernah satu hari kita dapat diatas Rp 1 miliar.
Jadi kalau kita butuh dana, kita siapkan tim 5 orang perempuan, palsukan KTP, Ijazah dan Kartu Keluarga.
Kemudian kita cari komplek elite, kayak Pondok Indah, Permata Hijau Kalibata," ujar Ken.
Ken juga menjelaskan modus operandi aksi perampokan yang dilakukan santri Al Zaytun tersebut.
Para santri yang sudah disiapkan untuk merampok di kawasan perumahan elite harus memastikan kondisi rumah dalam keadaan sepi.
Setelah itu, santri menghubungi petinggi atau pengurus pondok pesantren agar segera datang dan melakukan aksinya.
Baca Juga: Layani Pelanggan di Seluruh Indonesia, IM3 Hadirkan 32 Gerai Berkonsep Fast, Simple and Flexible
"Satu hari majikan pergi, anak sekolah langsung telfon. 'abi rumah kosong. Kita bawa mobil, kalau perlu bawa truk.