Indonesia Melarang Ekspor CPO, Siapakah yang Diuntungkan? Malaysia?

8 Mei 2022, 16:00 WIB
Larangan ekspor CPO keluar Negeri, siapa yang paling Diuntungkan? /

KALBAR TERKINI - Larangan ekspor minyak sawit Indonesia telah mengejutkan pasar minyak nabati global yang telah mencapai rekor harga tertinggi tahun ini.

Para analis mengatakan langkah tersebut mungkin belum tentu memiliki efek yang diinginkan dan keuntungan bagi Malaysia.

Pasalnya para pemain perkebunan murni serta mereka yang memiliki kapasitas hilir di Indonesia juga punya pengaruh.

Langkah tersebut kemungkinan akan merugikan konsumen secara global mengingat minyak sawit adalah minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, tambah mereka.

Baca Juga: UPDATE Harga Terkini CPO Dunia, Apa Kabar Petani Sawit Indonesia?

Sebagaimana diketahui sebelumnya krisis minyak goreng di Indonesia, menyebabkan Presiden Indonesia, Jokowi, mengumumkan untuk melarang ekspor minyak CPO dan bahan bakunya tersebut pada 28 April 2022 lalu.

Hal ini merupakan kebijakan dari pemerintah Indonesia dalam upaya untuk memastikan pasokan domestik yang memadai dan mencoba menahan kenaikan harga minyak goreng domestik.

Perusahaan percaya minyak sawit mentah (CPO) serta harga minyak nabati lainnya akan naik karena keputusan Indonesia untuk melarang ekspor minyak sawit meningkatkan kekhawatiran tentang menipisnya pasokan global minyak nabati di seluruh dunia.

Sehingga ketika penurunan ekspor produk minyak sawit oleh Indonesia, bagi Malaysia dapat memperoleh keuntungan karena beberapa pembelian akan dialihkan ke eksportir Malaysia.

Baca Juga: UPDATE : Harga TBS Sawit Sumut, Naik menjadi Rp. 3.651,15/kg Untuk Periode Hingga 10 Mei 2022

Akhirnya harga minyak kedelai melonjak ke rekor tertinggi US$1.795 per ton dan minyak sawit berjangka juga mengalami kenaikan.

Para pemain murni Malaysia serta mereka yang memiliki kapasitas hilir di Indonesia seperti Wilmar Group, KLK, Sarawak Oil Palms Bhd dan Ta Ann diduga akan terkena dampak.

Para pengamat juga mengatakan Malaysia menjadi penguasa 84 persen ekspor crude palm oil (CPO) pasca pemberlakuan larangan ekspor CPO Indonesia.

Malaysia sebelumnya memiliki porsi sekitar 27 persen dari total produksi CPO dunia atau memiliki kapasitas produksi 20 juta ton per tahun. Dengan absennya Indonesia di pasar CPO internasional pasca pelarangan ekspor, Malaysia dapat menjadi penguasa 84 persen total ekspor CPO.

Selama ini Indonesia memproduksi 46 juta ton minyak sawit per tahun, 27 juta ton di antaranya diekspor.

Akibatnya eksportir CPO di Indonesia akan dirugikan, sedangkan pelaku hilir dengan kapasitas penyulingan akan diuntungkan, karena akan ada pergeseran signifikan dalam mekanisme demand-supply di dalam negeri sehingga pasokan domestik melimpah.

 Baca Juga: HARGA Minyak Goreng Mulai Turun Perlahan Jelang Idul Fitri 2022, Berikut Daftar Harga Minyak Kemasan Termurah

Di Indonesia, harga eceran minyak goreng bermerek rata-rata Rp 26.436 per liter, naik lebih dari 40 persen sepanjang tahun ini. Bahkan di beberapa provinsi, harga naik hampir dua kali lipat dalam sebulan terakhir saja.

Akibatnya, demonstrasi terjadi di beberapa kota di seluruh Indonesia dalam beberapa hari terakhir atas harga minyak goreng yang tinggi.

Padahal sudah ditetapkan batas 14.000 rupiah per liter untuk minyak goreng curah sejak Januari.

Namun, data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa itu dijual lebih dari Rp18.000 per liter pada April.

Minyak kelapa sawit menyumbang hampir 60 persen dari pengiriman minyak nabati global dan digunakan dalam segala hal mulai dari kue dan lemak penggorengan hingga kosmetik dan produk pembersih.***

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler